PESTISIDA BOTANI

Pengertian
Pestisida botani:
Setiap bahan kimia dari tumbuhan yang dapat mengakibatkan satu atau lebih pengaruh biologi terhadap OPT dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengendalian OPT

Kategori insektisida botani
Insektisida botani dalam arti sempit (bahan kimia beracun):
   - Racun syaraf: piretrin dari bunga piretrum, nikotin dari tembakau,  pipersida dari     Piperaceae
   - Racun respirasi: rotenon dari akar tuba dan skuamosin dari biji srikaya
   - Penghambat fungsi hormon serangga (IGR):  azadirahtin dari biji mimba

Kategori insektisida botani (lanjutan)
         Zat penghambat makan: salanin dari mimba, limonin dari kulit jeruk
         Zat pengusir: senyawa terpenoid dari Asteraceae
         Zat pemikat: metil eugenol dari selasih
         Zat pemandul: β-asaron dari jeringau

Kilas balik sejarah
       Zaman Yunani dan Romawi klasik:
ampas zaitun (Olea europea), bawang putih (Allium sativum), mentimun liar (Citrullus colocynthis) untuk mengendalikan ulat dan belalang

Kilas balik sejarah (lanjutan)
1690: ekstrak tembakau untuk mengendalikan kepik jala (Tingidae) pada pohon pir di Perancis

         Tembakau (Nicotiana tabacum)
            Nikotin (racun syaraf)
            Efektif terhadap berbagai jenis serangga
            Beracun bagi manusia

Kilas balik sejarah (lanjutan)
         1800: tepung bunga piretrum sebagai insektisida di daerah Kaukasus-Iran
           Piretrum (Tanacetum cinerariaefolium)
                 Piretrin dan sinerin  (racun syaraf)
                 Efektif terhadap berbagai jenis serangga
                 Cukup aman terhadap hewan menyusui
                 Beracun terhadap ikan

Kilas balik sejarah (lanjutan)
       1848: akar tuba untuk mengendalikan hama pala di Malaysia
           Tuba (Derris elliptica)
                 Rotenon, deguelin, tefrosin (racun respirasi sel)
                 Efektif terhadap berbagai jenis serangga
                 Beracun terhadap ikan
Sediaan insektisida dari bunga piretrum, daun tembakau, dan akar tuba sering digunakan dalam pengendalian hama sebelum tahun 1950-an

Pemicu kebangkitan minat terhadap insektisida botani
         Dampak negatif dari insektisida sintetik
         Meluasnya penerapan konsep PHT
         Berkembangnya pertanian organik
         Upaya pelestarian lingkungan
         Perjanjian perdagangan internasional (Sanitary & Phytosanitary Measures) yang membatasi kadar residu pestisida pada produk ekspor/ impor

Sumber penting insektisida botani
         Acanthaceae  
         Annonaceae   
         Arecaceae
         Asteraceae  (Compositae)
         Clusiaceae (Guttiferae)
         Euphorbiaceae
         Fabaceae (Leguminosae)
         Lamiaceae (Labiatae)
         Meliaceae
         Piperaceae
         Simaroubaceae
         Solanaceae

Acanthaceae
         Andrographis paniculata
            Andrografolida
            Antifeedant

Acoraceae/Arecaceae
       Acorus calamus (jeringau)
            β-asaron (pemandul)
            Eugenol  (pemikat)


Annonaceae
       Srikaya (Annona squamosa)
      Bahan aktif: squamosin, dll. (gol asetogenin)

       Buah nona sabrang (Annona glabra)
      Bahan aktif: asimisin, dll. (gol asetogenin)

Asteraceae
       Piretrum (Tanacetum cinerariifolium)
            Piretrin dan sinerin  (racun syaraf)
            Efektif terhadap berbagai jenis serangga
            Cukup aman terhadap hewan menyusui
            Beracun terhadap ikan

       Ageratum houstonianum
 Bahan aktif: prekosen (antihormon juvenil)

       Echinacea angustifolia
 Bahan aktif: ekhinasein (isobutilamida)

Clusiaceae
       Mammea americana
  Bahan aktif: mamein (kumarin)

         Nyamplung (Calophyllum inophyllum)
  Bahan aktif: diduga kumarin


         Calophyllum soulattri
  Bahan aktif: terpenoid dan kumarin (?)

         Calophyllum inophyllum
  Bahan aktif: diduga kumarin
Euphorbiaceae
         Jarak (Ricinus communis)
 Bahan aktif: risinin (alkaloid)
Fabaceae/Leguminosae
         Tuba (Derris elliptica)
           Rotenon, deguelin, tefrosin (racun respirasi sel)
           Efektif terhadap berbagai jenis serangga Beracun terhadap ikan Spesies lain dengan kandungan seperti tuba:  kacang babi (Tephrosia vogelli)

Lamiaceae
         Ocimum basilicum dan Ocimum sanctum
Bahan aktif: juvosimena (efek seperti hormon juvenil),metil eugenol (attractant)

Meliaceae
         Azadirachta indica (mimba)
Bahan aktif: azadirahtin dan limonoid lain

         Melia azedarach (mindi)
Bahan aktif: azadirahtin dan limonoid lain

         Aglaia odorata (culan)
Bahan aktif: rokaglamida (gol benzofuran)

         Swietenia macrophylla (mahoni)
Bahan aktif: swietenin (gol limonoid)

         Dysoxylum acutangulum (Meliaceae)
Bahan aktif: Diduga limonoid
Piperaceae
         Piper nigrum (lada)
Bahan aktif: piperin, pipersida, dll. (gol alkaloid/amida)

         Piper retrofractum (cabe jawa)
Bahan aktif: piperin, retrofraktamida, dll.

Simaroubaceae
         Quassia amara
Bahan aktif: quasin (gol quasinoid)

         Eurycoma longifolia
Bahan aktif: quasin (gol quasinoid)
Solanaceae
         Tembakau (Nicotiana tabacum)
            Nikotin (racun syaraf)
            Efektif terhadap berbagai jenis serangga
            Beracun bagi manusia

§   Ulat kubis Crocidolomia pavonana gagal ganti kulit akibat ekstrak mimba
§   Ulat C. pavonana tanpa perlakuan
§   pupa Crocidolomia pavonana cacat akibat ekstrak mimba dan pupa normal
§   Imago Crocidolomia pavonana gagal keluar dari kulit pupa dan imago cacat akibat ekstrak mimba.
§   Ulat Crocidolomia pavonana mati/gagal ganti kulit akibat ekstrak Dysoxylum acutangulum  dan ulat tanpa perlakuan
§   Imago Crocidolomia pavonana gagal keluar dari kulit pupa (kiri) dan imago cacat (kanan) akibat ekstrak Dysoxylum acutangulum

Syarat-syarat insektisida botani yg baik
         Efektif pd konsentrasi cukup rendah (≤ 0,5 %  utk ekstrak dg pelarut organik; ≤ 5-10% utk
 ekstrak air) & tidak fitotoksik
         Aman terhadap  musuh alami hama & organisme bukan sasaran lainnya
         Tumbuhan sumber insektisida botani mudah ditemukan/dibudidayakan.
         Untuk produksi komersial, bahan aktif mudah diekstraksi & produk insektisida botani mudah   distandarisasi.

Kelebihan insektisida botani vs sintetik
         Mudah terurai di lingkungan
         Umumnya cukup aman terhadap makhluk bukan sasaran termasuk musuh alami hama  
         Bisa dipadukan dg komponen lain PHT
         Tidak cepat menimbulkan resistensi
         Komponen ekstrak bisa bersifat sinergis
         Beberapa jenis dapat disiapkan sendiri oleh petani

Keterbatasan insektisida botani
         Persistensi singkat Ú perlu aplikasi berulang
         Spektrum aktivitas terbatas
         Ekstrak dg pelarut air tidak tahan lama
         Untuk produksi komersial:
              -  pasokan bahan baku terbatas
              -  biaya produksi cukup mahal
         - standarisasi tidak selalu mudah karena kandungan bahan aktif dlm  tumbuhan beragam
Penyiapan insektisida botani utk PHT pertanian organik
         Serbuk tumbuhan + air, tanpa pemanasan
          Serbuk tumbuhan + air, dgn pemanasan/ perebusan
          Serbuk tumbuhan + lerak + air (tanpa atau
 dgn pemanasan/perebusan)

 Catatan:
 Air dlm tong di luar ruangan Ú sumber air panas

            Penyiapan insektisida botani utk PHT pertanian organik (lanjutan)
           Modifikasi ekstrak sederhana utk meningkatkan keefektifan:
        Serbuk tumbuhan + diterjen* + air (tanpa atau dgn pemanasan/perebusan)
        Serbuk tumbuhan + biosurfaktan + air
        Serbuk tumbuhan + sedikit alkohol/metanol*
   + biosurfaktan + air
 * Perlu dicek SNI ttg pertanian organik

Peggunaan insektisida botani dlm PHT:
       Mengacu pada asas-asas PHT (PP No 6/1995 dan empat pilar PHT)
       Ekstrak kasar lebih baik drpd senyawa murni  Ú sinergisme & menekan resistensi
       Insektisida botani dlm bentuk campuran Ú menekan resistensi, sinergisme,    mengatasi keterbatasan bahan baku.
       Penggunaan insektisida botani secara berselang-seling Ú menekan resistensi, mengatasi keterbatasan bahan baku.

SLPHT edisi kedua
       SLPHT edisi pertama: Sekolah Lapangan PHT
        SLPHT edisi kedua: Stasiun Lapangan PHT
   -  Bukan stasiun lapangan fisik yg permanen, lebih bersifat sbg stasiun bergerak
   -  Uji coba komponen PHT di lahan petani dan bersama petani
   - Teknik PHT yg diuji: dikembangkan petani,lembaga pendamping atau  gabungan
   -  Pestisida sintetik bisa dimasukkan (kecuali PHT utk pertanian organik)

SLPHT edisi kedua (lanjutan)
       SLPHT edisi kedua: Stasiun Lapangan PHT
 -  Lembaga terkait di wilayah yang perlu bekerja sama (Balai Proteksi Tanaman, Dinas Pertanian, LSM, perguruan tinggi, dll.)
 -   Secara berkala dilakukan temu lapang (mengundang petani dan praktisi lain   dari berbagai daerah, penyuluh, peneliti, dan pejabat terkait).

Contoh: ARS (Action Research Station) PHT kentang dan kubis di Pangalengan Bandung (kerja sama Dep Proteksi Tanaman IPB & IPPHTI Pangalengan)

SLPHT edisi kedua (lanjutan)
       Esensi pendidikan (sekolah): Memperbaiki pemahaman (kognitif) serta membentuk sikap (afektif) dan tindakan (psikomotor) anak didik yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku

SLPHT edisi kedua (lanjutan)
Pemasyarakatan teknologi melalui model SLPHT edisi kedua diharapkan dapat memperbaiki pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan tindakan (psikomotor) petani dalam penerapan PHT dan dampaknya bisa langgeng, termasuk melalui pewarisan pengetahuan dan pengalaman dari generasi ke generasi.



Penutup
         Insektisida botani memiliki peluang yg besar utk dpt  diterapkan dlm PHT pd pertanian organik tetapi akan mendapat persaingan yg keras dari insektisida sintetik generasi baru yg lebih aman & insektisida alami lain dlm penerapannya utk PHT pd pertanian konvensional.

         Perlu dikembangkan sistem pemasyarakatan yg memerhatikan segi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan tindakan (psikomotor) petani — misal melalui stasiun lapangan PHT (SLPHT edisi kedua) — dalam meningkatkan peranan insektisida botani dalam PHT.Pengertian
Pestisida botani:
Setiap bahan kimia dari tumbuhan yang dapat mengakibatkan satu atau lebih pengaruh biologi terhadap OPT dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengendalian OPT

Kategori insektisida botani
Insektisida botani dalam arti sempit (bahan kimia beracun):
   - Racun syaraf: piretrin dari bunga piretrum, nikotin dari tembakau,  pipersida dari     Piperaceae
   - Racun respirasi: rotenon dari akar tuba dan skuamosin dari biji srikaya
   - Penghambat fungsi hormon serangga (IGR):  azadirahtin dari biji mimba

Kategori insektisida botani (lanjutan)
         Zat penghambat makan: salanin dari mimba, limonin dari kulit jeruk
         Zat pengusir: senyawa terpenoid dari Asteraceae
         Zat pemikat: metil eugenol dari selasih
         Zat pemandul: β-asaron dari jeringau

Kilas balik sejarah
       Zaman Yunani dan Romawi klasik:
ampas zaitun (Olea europea), bawang putih (Allium sativum), mentimun liar (Citrullus colocynthis) untuk mengendalikan ulat dan belalang

Kilas balik sejarah (lanjutan)
1690: ekstrak tembakau untuk mengendalikan kepik jala (Tingidae) pada pohon pir di Perancis

         Tembakau (Nicotiana tabacum)
            Nikotin (racun syaraf)
            Efektif terhadap berbagai jenis serangga
            Beracun bagi manusia

Kilas balik sejarah (lanjutan)
         1800: tepung bunga piretrum sebagai insektisida di daerah Kaukasus-Iran
           Piretrum (Tanacetum cinerariaefolium)
                 Piretrin dan sinerin  (racun syaraf)
                 Efektif terhadap berbagai jenis serangga
                 Cukup aman terhadap hewan menyusui
                 Beracun terhadap ikan

Kilas balik sejarah (lanjutan)
       1848: akar tuba untuk mengendalikan hama pala di Malaysia
           Tuba (Derris elliptica)
                 Rotenon, deguelin, tefrosin (racun respirasi sel)
                 Efektif terhadap berbagai jenis serangga
                 Beracun terhadap ikan
Sediaan insektisida dari bunga piretrum, daun tembakau, dan akar tuba sering digunakan dalam pengendalian hama sebelum tahun 1950-an

Pemicu kebangkitan minat terhadap insektisida botani
         Dampak negatif dari insektisida sintetik
         Meluasnya penerapan konsep PHT
         Berkembangnya pertanian organik
         Upaya pelestarian lingkungan
         Perjanjian perdagangan internasional (Sanitary & Phytosanitary Measures) yang membatasi kadar residu pestisida pada produk ekspor/ impor

Sumber penting insektisida botani
         Acanthaceae  
         Annonaceae   
         Arecaceae
         Asteraceae  (Compositae)
         Clusiaceae (Guttiferae)
         Euphorbiaceae
         Fabaceae (Leguminosae)
         Lamiaceae (Labiatae)
         Meliaceae
         Piperaceae
         Simaroubaceae
         Solanaceae

Acanthaceae
         Andrographis paniculata
            Andrografolida
            Antifeedant

Acoraceae/Arecaceae
       Acorus calamus (jeringau)
            β-asaron (pemandul)
            Eugenol  (pemikat)


Annonaceae
       Srikaya (Annona squamosa)
      Bahan aktif: squamosin, dll. (gol asetogenin)

       Buah nona sabrang (Annona glabra)
      Bahan aktif: asimisin, dll. (gol asetogenin)

Asteraceae
       Piretrum (Tanacetum cinerariifolium)
            Piretrin dan sinerin  (racun syaraf)
            Efektif terhadap berbagai jenis serangga
            Cukup aman terhadap hewan menyusui
            Beracun terhadap ikan

       Ageratum houstonianum
 Bahan aktif: prekosen (antihormon juvenil)

       Echinacea angustifolia
 Bahan aktif: ekhinasein (isobutilamida)

Clusiaceae
       Mammea americana
  Bahan aktif: mamein (kumarin)

         Nyamplung (Calophyllum inophyllum)
  Bahan aktif: diduga kumarin


         Calophyllum soulattri
  Bahan aktif: terpenoid dan kumarin (?)

         Calophyllum inophyllum
  Bahan aktif: diduga kumarin
Euphorbiaceae
         Jarak (Ricinus communis)
 Bahan aktif: risinin (alkaloid)
Fabaceae/Leguminosae
         Tuba (Derris elliptica)
           Rotenon, deguelin, tefrosin (racun respirasi sel)
           Efektif terhadap berbagai jenis serangga Beracun terhadap ikan Spesies lain dengan kandungan seperti tuba:  kacang babi (Tephrosia vogelli)

Lamiaceae
         Ocimum basilicum dan Ocimum sanctum
Bahan aktif: juvosimena (efek seperti hormon juvenil),metil eugenol (attractant)

Meliaceae
         Azadirachta indica (mimba)
Bahan aktif: azadirahtin dan limonoid lain

         Melia azedarach (mindi)
Bahan aktif: azadirahtin dan limonoid lain

         Aglaia odorata (culan)
Bahan aktif: rokaglamida (gol benzofuran)

         Swietenia macrophylla (mahoni)
Bahan aktif: swietenin (gol limonoid)

         Dysoxylum acutangulum (Meliaceae)
Bahan aktif: Diduga limonoid
Piperaceae
         Piper nigrum (lada)
Bahan aktif: piperin, pipersida, dll. (gol alkaloid/amida)

         Piper retrofractum (cabe jawa)
Bahan aktif: piperin, retrofraktamida, dll.

Simaroubaceae
         Quassia amara
Bahan aktif: quasin (gol quasinoid)

         Eurycoma longifolia
Bahan aktif: quasin (gol quasinoid)
Solanaceae
         Tembakau (Nicotiana tabacum)
            Nikotin (racun syaraf)
            Efektif terhadap berbagai jenis serangga
            Beracun bagi manusia

§   Ulat kubis Crocidolomia pavonana gagal ganti kulit akibat ekstrak mimba
§   Ulat C. pavonana tanpa perlakuan
§   pupa Crocidolomia pavonana cacat akibat ekstrak mimba dan pupa normal
§   Imago Crocidolomia pavonana gagal keluar dari kulit pupa dan imago cacat akibat ekstrak mimba.
§   Ulat Crocidolomia pavonana mati/gagal ganti kulit akibat ekstrak Dysoxylum acutangulum  dan ulat tanpa perlakuan
§   Imago Crocidolomia pavonana gagal keluar dari kulit pupa (kiri) dan imago cacat (kanan) akibat ekstrak Dysoxylum acutangulum

Syarat-syarat insektisida botani yg baik
         Efektif pd konsentrasi cukup rendah (≤ 0,5 %  utk ekstrak dg pelarut organik; ≤ 5-10% utk
 ekstrak air) & tidak fitotoksik
         Aman terhadap  musuh alami hama & organisme bukan sasaran lainnya
         Tumbuhan sumber insektisida botani mudah ditemukan/dibudidayakan.
         Untuk produksi komersial, bahan aktif mudah diekstraksi & produk insektisida botani mudah   distandarisasi.

Kelebihan insektisida botani vs sintetik
         Mudah terurai di lingkungan
         Umumnya cukup aman terhadap makhluk bukan sasaran termasuk musuh alami hama  
         Bisa dipadukan dg komponen lain PHT
         Tidak cepat menimbulkan resistensi
         Komponen ekstrak bisa bersifat sinergis
         Beberapa jenis dapat disiapkan sendiri oleh petani

Keterbatasan insektisida botani
         Persistensi singkat Ú perlu aplikasi berulang
         Spektrum aktivitas terbatas
         Ekstrak dg pelarut air tidak tahan lama
         Untuk produksi komersial:
              -  pasokan bahan baku terbatas
              -  biaya produksi cukup mahal
         - standarisasi tidak selalu mudah karena kandungan bahan aktif dlm  tumbuhan beragam
Penyiapan insektisida botani utk PHT pertanian organik
         Serbuk tumbuhan + air, tanpa pemanasan
          Serbuk tumbuhan + air, dgn pemanasan/ perebusan
          Serbuk tumbuhan + lerak + air (tanpa atau
 dgn pemanasan/perebusan)

 Catatan:
 Air dlm tong di luar ruangan Ú sumber air panas

            Penyiapan insektisida botani utk PHT pertanian organik (lanjutan)
           Modifikasi ekstrak sederhana utk meningkatkan keefektifan:
        Serbuk tumbuhan + diterjen* + air (tanpa atau dgn pemanasan/perebusan)
        Serbuk tumbuhan + biosurfaktan + air
        Serbuk tumbuhan + sedikit alkohol/metanol*
   + biosurfaktan + air
 * Perlu dicek SNI ttg pertanian organik

Peggunaan insektisida botani dlm PHT:
       Mengacu pada asas-asas PHT (PP No 6/1995 dan empat pilar PHT)
       Ekstrak kasar lebih baik drpd senyawa murni  Ú sinergisme & menekan resistensi
       Insektisida botani dlm bentuk campuran Ú menekan resistensi, sinergisme,    mengatasi keterbatasan bahan baku.
       Penggunaan insektisida botani secara berselang-seling Ú menekan resistensi, mengatasi keterbatasan bahan baku.

SLPHT edisi kedua
       SLPHT edisi pertama: Sekolah Lapangan PHT
        SLPHT edisi kedua: Stasiun Lapangan PHT
   -  Bukan stasiun lapangan fisik yg permanen, lebih bersifat sbg stasiun bergerak
   -  Uji coba komponen PHT di lahan petani dan bersama petani
   - Teknik PHT yg diuji: dikembangkan petani,lembaga pendamping atau  gabungan
   -  Pestisida sintetik bisa dimasukkan (kecuali PHT utk pertanian organik)

SLPHT edisi kedua (lanjutan)
       SLPHT edisi kedua: Stasiun Lapangan PHT
 -  Lembaga terkait di wilayah yang perlu bekerja sama (Balai Proteksi Tanaman, Dinas Pertanian, LSM, perguruan tinggi, dll.)
 -   Secara berkala dilakukan temu lapang (mengundang petani dan praktisi lain   dari berbagai daerah, penyuluh, peneliti, dan pejabat terkait).

Contoh: ARS (Action Research Station) PHT kentang dan kubis di Pangalengan Bandung (kerja sama Dep Proteksi Tanaman IPB & IPPHTI Pangalengan)

SLPHT edisi kedua (lanjutan)
       Esensi pendidikan (sekolah): Memperbaiki pemahaman (kognitif) serta membentuk sikap (afektif) dan tindakan (psikomotor) anak didik yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku

SLPHT edisi kedua (lanjutan)
Pemasyarakatan teknologi melalui model SLPHT edisi kedua diharapkan dapat memperbaiki pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan tindakan (psikomotor) petani dalam penerapan PHT dan dampaknya bisa langgeng, termasuk melalui pewarisan pengetahuan dan pengalaman dari generasi ke generasi.



Penutup
         Insektisida botani memiliki peluang yg besar utk dpt  diterapkan dlm PHT pd pertanian organik tetapi akan mendapat persaingan yg keras dari insektisida sintetik generasi baru yg lebih aman & insektisida alami lain dlm penerapannya utk PHT pd pertanian konvensional.
         Perlu dikembangkan sistem pemasyarakatan yg memerhatikan segi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan tindakan (psikomotor) petani — misal melalui stasiun lapangan PHT (SLPHT edisi kedua) — dalam meningkatkan peranan insektisida botani dalam PHT. 

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "PESTISIDA BOTANI"

Post a Comment