FUNGSI EKOLOGIS

1.      PENDAHULUAN
            Trichoderma sp. merupakan sejenis cendawan/ jamur/fungi yang termasuk kelas ascomycetes. Trichoderma sp. memiliki aktivitas antifungal. Di alam, trichoderma banyak ditemukan di tanah hutan maupun tanah pertanian atau pada substrat berkayu.
            Pada sebuah penelitian ditemukan bahwa trichoderma merupakan salah satu jamur yang dapat menjadi agen biokontrol karena bersifat antagonis bagi jamur lainnya, terutama yang bersifat patogen. Aktivitas antagonis yang dimaksud dapat meliputi persaingan, parasitisme, predasi, atau pembentukkan toksin seperti antibiotik. Untuk keperluan bioteknologi, agen biokontrol ini dapat diisolasi dari trichoderma dan digunakan untuk menangani masalah kerusakan tanaman akibat patogen.
            Trichoderma memproduksi metabolit yang bersifat volatil dan non volatil. Metabolit non volatil lebih efektif dibandingkan dengan yang volatil. Metabolit yang dihasilkan trichoderma dapat berdifusi melalui membran dialisis yang kemudian dapat menghambat pertumbuhan beberapa patogen. Salah satu contoh metabolit tersebut adalah monooksigenase yang muncul saat adanya kontak antar jenis trichoderma, dan semakin optimal pada pH 4. Ketiadaan metabolit ini tidak akan mengubah morfologi dari Trichoderma namun hanya akan menurunkan kemampuan penghambatan patogen.
            Potensi jamur trichoderma sebagai agensia pengendali hayati sudah tidak terbantahkan. Beberapa penyakit tanaman sudah dapat dikendalikan dengan aplikasi jamur trichoderma. Diantaranya adalah busuk pangkal batang pada tanaman vanili yang disebabkan oleh jamur fusarium, Jamur Akar Putih (JAP) yang menyerang tanaman lada dan karet dan beberapa penyakit terbawa tanah (soil borne) lainnya.
            Jamur trichoderma sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif terhadap serangan penyakit tanaman telah menjadikan jamur tersebut semakin luas digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Kemampuan dan mekanisme trichoderma dalam menghambat pertumbuhan patogen secara rinci bervariasi pada setiap spesiesnya. Perbedaan kemampuan ini disebabkan oleh faktor ekologi yang membuat produksi bahan metabolit yang bervariasi pula.





2.      FUNGSI EKOLOGIS
            Trichoderma harzianum merupakan salah satu contoh yang paling banyak dipelajari karena memiliki aktivitas antifungal yang tinggi. Trichoderma harzianum dapat memproduksi enzim litik dan antibiotik antifungal. Selain itu Trichoderma harzianum juga dapat berkompetisi dengan patogen dan dapat membantu pertumbuhan tanaman. Tricoderma harzianum memiliki kisaran penghambatan yang luas karena dapat menghambat berbagai jenis fungi.
            Trichoderma harzianum memproduksi metabolit seperti asam sitrat, etanol, dan berbagai enzim seperti urease, selulase, glukanase, dan kitinase. Hasil metabolit ini dipengaruhi kandungan nutrisi yang terdapat dalam media. Trichoderma harzianum dapat memproduksi beberapa pigmen yang bervariasi pada media tertentu seperti pigmen ungu yang dihasilkan pada media yang mengandung amonium oksalat, dan pigmen jingga yang dihasilkan pada media yang mengandung gelatin atau glukosa, serta pigmen merah pada medium cair yang mengandung glisin dan urea.
            Saat berada pada kondisi yang kaya akan kitin, Trichoderma harzianum memproduksi protein kitinolitik dan enzim kitinase. Enzim ini berguna untuk meningkatkan efisiensi aktivitas biokontrol terhadap patogen yang mengandung kitin.
            Sebagai agensia hayati, Trichoderma berpotensi menjaga sistem ketahanan tanaman misalnya dari serangan patogen seperti cendawan patogen. Pada pertanaman sengon yang rentan yang terserang penyakit busuk akar (Ganoderma sp.), pertanaman kubis yang rentan penyakit akar gada, penggunaan trichoderma sebagai agen antagonis merupakan salah satu alternatif pengendalian yang direkomendasikan.





3.      PERBANYAKAN TRICHODERMA
            Disamping karakternya sebagai antagonis diketahui pula bahwa trichoderma juga berfungsi sebagai dekomposer dalam pembuatan pupuk organik. Aplikasi jamur trichoderma pada pembibitan tanaman guna mengantisipasi serangan OPT sedini mungkin membuktikan bahwa tingkat kesadaran petani akan arti penting perlindungan preventif perlahan telah tumbuh.
            Penggunaan jamur trichoderma secara luas dalam usaha pengendalian OPT perlu disebarluaskan lebih lanjut agar petani dapat memproduksi jamur trichoderma secara mandiri. Diharapkan setelah mengetahui langkah-langkah perbanyakan massal jamur trichoderma, petani dapat mempraktikkan dan mengaplikasikannya.
            Berikut dijelaskan langkah-langkah perbanyakan massal jamur trichoderma yang dengan mudah dilakukan oleh petani. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk perbanyakan massal jamur trichoderma adalah:
Alat:
1)      Dandang (lebih baik bila ada panci/dandang presto)
2)      Kompor gas/kompor minyak
3)      Bak plastik
4)      Plastik meteran (plastik terpal)
5)      Centong/spatula kayu
Bahan:
1)      Sekam
2)      Bekatul (dedak)
3)      Air
4)      Alkohol 96 %
5)      Isolat (bibit) jamur trichoderma.
Langkah-langkah perbanyakan jamur trichoderma:
1)      Campurkan media (sekam dan bekatul) dengan perbandingan 1 : 3 dalam bak plastik
2)      Berikan air kedalam media tersebut kemudian aduk sampai rata
3)      Tambahkan air sampai kelembaban media mencapai 70 % (dapat di cek dengan meremas media tersebut, tidak ada air yang menetes namun media menggumpal)
4)      Masukkan media kedalam kantong plastik
5)      Siapkan dandang untuk mensterilkan media
6)      Isi dandang dengan air sebanyak 1/3 volume dandang
7)      Masukkan media kedalam dandang
8)      Sterilkan media dengan menggunakan dandang selama 1 (satu) jam setelah air mendidih. Sterilisasi diulang 2 (dua) kali, setelah media dingin sterilkan kembali media selama 1 jam. Sterilisasi bertingkat ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang masih dapat bertahan pada proses sterilisasi pertama
9)      Tiriskan media di dalam ruangan yang lantainya telah beralas plastik. Sebelum digunakan semprot alas plastik menggunakan Alkohol 96%
10)  Ratakan permukaan media dengan ketebalan 1-5 cm
11)  Semprot media dengan suspensi jamur trichoderma (isolat jamur trichoderma yang telah dilarutkan kedalam air, 1 (satu) isolat dilarutkan dengan 500 ml air)
12)  Tutup dengan plastik lalu inkubasikan selama 7 (tujuh) hari. Ruangan inkubasi diusahakan minim cahaya, dengan suhu ruangan berkisar 25-27 derajat celcius
13)  Amati pertumbuhan jamur trichoderma, jamur sudah dapat dipanen setelah seluruh permukaan media telah ditumbuhi jamur trichoderma, (koloni jamur berwarna hijau).

            Kunci keberhasilan perbanyakan massal jamur trichoderma adalah:
1)      Aseptisitas proses produksi; artinya petani selaku pembuat harus mengetahui titik-titik kritis dimana proses produksi harus dilakukan secara aseptis (higienis). Penyiapan dan proses sterilisasi media merupakan titik kritis pertama yang harus diperhatikan;
2)      Kualitas isolat jamur trichoderma; isolat jamur trichoderma yang diperbanyak secara massal harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya jumlah dan viabilitas spora tinggi, umur biakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan dan isolat dalam keadaan segar (baru dipindahkan ke media yang baru);
3)      Inkubasi; Ruangan inkubasi harus mendukung pertumbuhan jamur trichoderma. Intensitas cahaya, suhu dan kelembaban ruangan harus diatur sedemikian rupa agar pertumbuhan jamur berjalan optimal.
            Dengan berkembangnya penggunaan jamur trichoderma sebagai Agensia Pengendali Hayati oleh para petani diharapkan pemakaian fungisida kimia yang digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman dapat ditekan dan dapat menurun tiap tahunnya.





4.      PEMANFAATAN TRICHODERMA
            Untuk memanfaatkannya, trichoderma dapat diaplikasikan secara tunggal maupun digunakan sebagai starter pembuatan kompos. Kompos yang menggunakan starter trichoderma dikenal dengan nama trichokompos. Berikut akan dijelaskan teknik pembuatan trichokompos.

4.1.  Bahan dasar Kotoran Ternak
      Bahan :
1)      Kotoran ternak 5 karung
2)      Arang sekam 1 karung  
3)      Trichoderma padat 500 gram atau cair 500 ml
4)      Air secukupnya

Cara membuat:
1)      Campurkan kotoran ternak,arang sekam dan Trichoderma
2)      Aduk hingga rata dan lembabkan dengan air secukupnya
3)      Tutup dengan plastik hitam/karung
4)      inkubasi 7-10 hari
5)      Trichokompos siap diaplikasikan.
Cara Aplikasi Trichokompos:
1)      Dapat digunakan sebagai pupuk dasar dengan takaran 200-300 gr/lubang tanam untuk tanaman sayuran buah
2)      Dapat digunakan sebagai pupuk dasar dan susulan dengan takaran 3-4 kg/m²

4.2.  Bahan dasar Rumput/Gulma/Dedaunan
     Bahan:
1)      Rumput/gulma/daun-daunan 1m3
2)      Kotoran ternak 1 karung
3)      Trichoderma padat ½ kg  atau cair 500 ml
4)      Air secukupnya
Cara membuat:
1)      Tumpuk bahan 1 setinggi 10 cm, siram dengan konsentrat/larutan Trichoderma kemudian hamparkan kotoran ternak di atasnya selanjutnya siram dengan trichoderma lagi, demikian seterusnya disusun tumpuk sampai habis
2)      Lembabkan dengan air secukupnya
3)      Tutup dengan plastik hitam/karung
4)      Inkubasi 10-20 hari
5)      Trichokompos siap diaplikasikan.



Cara aplikasi Trichokompos:
1)      Dapat digunakan sebagai pupuk dasar dengan takaran 200-300 gram/lubang tanam
2)      Dapat digunakan sebagai pupuk dasar dan susulan dengan takaran 3-4 kg/m².

4.3.  Bahan dasar Jerami Padi
            Bahan:
1)      Jerami padi 6-9 ton (sebaiknya dicincang)
2)      Kotoran ternak 10 karung
3)      Trichoderma padat 5 kg  atau cair 5 liter
4)      Air secukupnya
            Cara membuat:
1)      Kumpulkan jerami yang akan dijadikan trichokompos, sebaiknya dicincang-cincang agar lebih mudah terdekomposisi
2)      Hamparkan jerami dengan ketinggian 20-30 cm siram dengan konsentrat/larutan Trichoderma kemudian hamparkan kotoran ternak di atasnya selanjutnya siram dengan trichoderma lagi, demikian seterusnya disusun tumpuk sampai habis
3)      Lembabkan dengan air secukupnya
4)      Tutup dengan plastik hitam/karung
5)      Inkubasi selama 10-20 hari
6)      Trichokompos bahan jerami yang telah matang siap digunakan dipadukan sebagai pupuk dasar bagi tanaman padi
7)      Penggunaan pada lahan sawah sebaiknya diberikan saat pengolahan tanah.





Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to " FUNGSI EKOLOGIS"

Post a Comment