I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Jahe termasuk dalam suku temu-temuan
(Zingiberaceae), sefamili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma
xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica),
kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain.
Jahe juga lazim digunakan sebagai
herba obat dan bahan bumbu makanan. Jahe mengandung komponen senyawa yang
bertanggungjawab atas sensasi panas dan juga aroma khas saat rimpangnya
dimemarkan. Jahe tak hanya berfungsi sebagai bumbu dan bahan obat, di beberapa
wilayah tertentu, jahe bahkan digunakan sebagai pestisida organik yang ampuh
mengusir hama. Jahe memang memiliki beragam khasiat, sebagai tanaman obat, jahe
berfungsi untuk karminatif (peluruh kentut), anti-muntah, pereda masuk angin,
melebarkan pembuluh darah, anti-rematik dan masih banyak lagi lainnya.
Mencermati beragam manfaat jahe ini, sangat wajar jika komoditi yang satu ini
dijadikan salah satu tanaman utama petani.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan adalah sebagi berikut :
1. Untuk
menjadi prtunjuk teknis bagi pelak utama dan keluarganya dalam melakukan
budidaya jahe.
2. Uttuk
dapat merubah produksi jahe menjadi lebih optimal kwalitas dan kwantitasnya dan
dpat merubah pendapatan pelaku uatama dan keluarganya.
II. BUDIDAYA JAHE
2.1 Syarat Tumbuh
Tanaman jahe membutuhkan curah hujan
relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan
atau lebih tanaman jahe memerlukan intensitas cahaya matahari 70 - 100%. Dengan
kata lain penanaman jahe sebaiknya dilakukan di tempat terbuka sehingga
mendapat sinar matahari sepanjang hari. Suhu udara optimum budidaya tanaman
jahe antara 20-35 oC.
Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah
subur, gembur dan banyak mengandung humus. Tekstur tanah yang baik adalah
lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik. Tanaman jahe dapat tumbuh
pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum
untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0. Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan
subtropis dengan ketinggian 0 - 2.000 m dpl. Di Indonesia pada umumnya ditanam
pada ketinggian 200 - 600 m dpl.
2.2 Pembibitan
Ø
Persyaratan Bibit Jahe
Bibit berkualitas adalah bibit yang
memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh tinggi), dan
mutu fisik. Mutu fisik adalah bibit bebas hama dan penyakit. Rimpang untuk
dijadikan benih, sebaiknya mempunyai 2 - 3 bakal mata tunas dengan bobot
sekitar 25 - 60 g untuk jahe putih besar, 20 - 40 g untuk jahe putih kecil dan
jahe merah. Kebutuhan benih per ha untuk jahe putih besar (panen tua)
membutuhkan benih 2 - 3 ton/ha dan 5 ton/ha untuk jahe putih besar panen muda.
Sedangkan jahe merah dan jahe emprit 1 – 1,5 ton.
Ø
Teknik Penyemaian Bibit
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman
seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan.
Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau ditaruh di atas
bedengan.
Ø
Penyemaian pada bedengan
Buat rumah penyemaian sederhana ukuran
10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Buat
bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada
bedengan jerami lalu ditutup jerami, diatasnya diberi rimpang tutup dengan
jerami, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan
bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan
penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2
minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak
terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan
dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60
gram.
Ø
Penyiapan Bibit
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan
dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan
dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4
jam, barulah ditanam.
2.3 Persiapan Lahan Budidaya Jahe
Ø
Pembentukan Bedengan Dan
Pemupukan Dasar
Untuk memudahkan pemeliharan sekaligus
untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi
bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan
panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Penanaman jahe dengan sistem
bedengan juga bertujuan untuk memudahkan serangan patogen, karena kelembaban
tanah bisa dijaga dengan membuat pari-parit. Pemupukan dasar diberikan
bersamaan dengan pembuatan bedengan menggunakan pupuk kandang yang sudah
difermentasi sebanyak 40 ton/ha dan NPK 15-15-15 sebanyak 1,5 ton/ha. Akan
lebih baik bila ditambahkan dengan agensia hayati seperti Trichoderma sp. dan Gliocladium
sp. untuk mencegah serangan bakteri maupun cendawan
patogen. Pemberian humat dan fulvat
akan berfungsi sebagai pembenah tanah, sehingga serapan unsur hara oleh tanaman
jahe bisa optimal.
Pengapuran dilakukan pada saat
pembentukan bedengan. Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur
hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan kalsium (Ca) dalam keadaan tidak
tersedia atau terikat oleh ion-ion tanah. Kondisi tanah yang masam ini dapat
menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan
pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat
diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang
pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang
pembentukan biji.
2.4 Penentuan Pola Tanaman
Pembudidayaan
jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional,
karena mampu memberikan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman
jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan
kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai
keuntungan-keuntungan sebagai berikut : Mengurangi kerugian yang disebabkan
naik turunnya harga. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan
tanaman. Meningkatkan produktivitas lahan. Memperbaiki sifat fisik dan
mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
Praktek di
lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayursayuran, seperti ketimun,
bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan
dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan
lainnya.
Ø
Pembuatan Lubang Tanam
Untuk
menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk,
maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat
lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
Ø
Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan cara
melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang
sudah disiapkan. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar
yang dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, jahe putih kecil dan
jahe merah 60 cm x 40 cm.
2.5 Pemeliharaan
Tanaman Jahe
Ø
Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan tanah yang
peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus
digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang
kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda,
cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30
cm. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun
yang terdiri atas 3-5 anakan, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur
tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
Ø
Pemupukan Susulan
Tanaman jahe merupakan tanaman yang
berumur panjang dibandingkan dengan tanaman cabai maupun tomat. Pada dasarnya
pupuk dasar yang diberikan sudah mencukupi untuk menopang pertumbuhan tanaman
tersebut. Akan tetapi dalam budidaya jahe secara intensif perlu dilakukan upaya
untuk meningkatkan hasil produksi yang signifikan. Oleh karena itu, pupuk
susulan perlu diberikan pada saat tanaman jahe berumur 2 – 3 bulan, 4 – 6
bulan, dan 8 – 10 bulan menggunakan pupuk NPK 15-15-15 dengan dosis 20 gram per
tanaman ditambah dengan pembenah tanah, seperti asam humat dan asam fulvat
untuk membantu serapan unsur hara oleh akar sehingga pertumbuhan tanaman bisa
optimal.
Ø
Pengairan dan Penyiraman
Tanaman Jahe tidak
memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal
petumbuhannya tanaman jahe membutuhkan air yang cukup, sehingga saat memulai
budidaya jahe diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan
September.
2.7. Panen
dan Pasca Panen
Setelah semua proses selesai, petani
tinggal menunggu masa panen. Langkah pemanenan tergantung pada peruntukan jahe.
Untuk jahe bumbu, sudah bisa dipanen di usia 4 bulan. Jika budidaya tanaman jahe ditujukan untuk
industri pabrikan, sebaiknya dipanen di usia 10 sampai 12 bulan. Cara memanen
harus hati-hati, tanah dibongkar menggunakan alat seperti garpu atau cangkul.
Pastikan alat Anda tidak mengenai rimpang jahe. Setelah dipanen, jahe disimpan
di tempat terbuka yang tidak
III.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan adalah sebagai berikut :
1. Tanaman
jahe adlah tanaman yang memiki komersil tinggi dan dalam melakukan bididayanya
tidak emerlukan perlakuan khusus dan biaya tidak banyak.
2. Prospek
pemasaran jahe sangat baik akrena jehe merupakan kebutuhan sehari-hari baik
rumah tangga, pembuatan jame dan komestik danlai-lainnya.
terima kasih artikelnya sangat
ReplyDeletemembantu