Pengomposan
dengan metode ini dilakukan dalam bak (kotak), Kompos dihasilkan oleh proses
aerasi alami dan melalui pembalikan. Campuran kompos dibalik menggunakan
traktor yang dilengkapi dengan alat bongkar di depan dan di belakang. Metode
kotak (bak) merupakan metode dengan teknologi rendah, tenaga yang dibutuhkan
sedang dan menghasilkan kompos dengan kualitas sedang. Metode ini terutama
dipakai untuk pengomposan residu.
Metode pengomposan Kotak (Bak)
biasanya digunakan untuk sampah di pekarangan rumah, jumlahnya sedikit, dan
untuk peternakan unggas. Pembalikan kompos akan mengurangi waktu pengomposan
hingga kurang dari 2 bulan. Sampah-sampah dalam kotakharus dicampur secara
merata. Pembalikan yang sering mempercepat proses pengomposan dengan memberikan
bakteri aerobik yang mebutuhkan oksigen untuk menghancurkan bahan-bahan
tersebut. Dalam prakteknya metode ini seringkali menggunakan kotak kayu yang
bersekat-sekat seperti pada Gambar 21. Pelapisan kompos dalam kotak perlu
dibalik 5 – 10 hari sekali untuk mendapatkan suhu pengomposan yang tinggi
antara 32 – 60oC. Tindakan ini diperlukan untuk membunuh mikroorganisme yang
menyebabkan penyakit, larva, biji-biji gulma dan memberikan lingkungan yang
diperlukan untuk mikroorganise dekomposer, sehingga proses pengomposan lebih
efisien.
Metode Bedengan Terbuka (Passive Windrow Composting)
Pengomposan
dengan metode ini dilakukan dengan pelapisan pada bedengan terbuka. Kompos
dihasilkan dengan aerasi alai, dala periode yang sangat lama. Metode
pengomposan passive windrow merupakan metode pengomposan teknologi rendah dan
tenaga yang dibutuhkan relatif sedikit. Perhatian rinci seperti porositas campuran
awal, keseragaan pencampuran produk, dan ukuran partikel sangat membantu kecepatan
proses pengomposan dan dapat meningkatkan kualitas produk. Pengomposan passive
windrow merupakan pendekatan teknologi pengomposan dengan biaya sangat rendah
dan memerlukan lahan lebih luas, tetapi tenaga dan modal relatif sedikit
dibandingkan dengan metode lainnya. Biasanya, bahan yang dikomposkan
dikumpulkan dan dilapiskan dalam bentuk bedengan. Bahan-bahan tersebut
dibasahi, sebelum dilapiskan, tetapi ini tidak terlalu penting. Gambar 22
menunjukkan bentuk dan ukuran pelapisan, dengan lebar 3 meter dan tinggi 1.5 m.
Panjangnya bervariasi bergantung pada jumlah bahan. Aerasi terjadi secara
alami. Bila udara panas, perlu dialirkan udara segar ke dalam lapisan.
Bahanbahan baru dapat selalu ditambahkan di atas lapisan hingga jumlah yang
cukup dapat membuat suatu ukuran pelapisan yang bagus.
Pada
umumnya dalam prakteknya digunakan 2 pelapisan (bedengan). Pelapisan yang
pertama cukup besar yang memungkinkan untuk mendekomposisi dalam jumlah besar.
Limbah tambahan dapat ditambahkan pada windrow yang kedua. Penutupan bedengan
dengan suatu lapisan kompos yang matang akan membantu mencegah kehilangan air,
mengurangi masalah bau yang tidak sedap, dan menghasilkan kompos yang lebih
seragam. Pengomposan dengan metode ini dapat digunakan dari 6 bulan sampai 2
tahun. Pada pelapisan dengan ukuran yang terlalu tebal akan mengakibatkan cepat
terjadi kondisi anaerobik di bagian tengah lapisan. Hal ini dapat diatasi
dengan cara pembalikan untuk mendapatkan suplai oksigen baru. Bau yang tidak
enak akan muncul dari bahan kompos pada bagian anaerob. Untuk mengatasi hal ini
metode ini perlu diterapkan pada lahan yang luas untuk menyangga bau yang tidak
sedap mengalir ke pemukiman. Pada metode ini proses pengomposan dapat
dipercepat bila tersedia cukup oksigen. Secara normal pengomposan membutuhkan
waktu 3 tahun untuk stabilisasi. Pada metode ini tidak ada pengontrolan secara
teratur, sehingga produk kompos yang dihasilkan memiliki kualitas sedang.
0 Response to "Metode Kotak/Bak (Bin Composting)"
Post a Comment