a.
Latar
Belakang
Ubi kayu merupakan bahan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung. Disamping itu juga, ubi kayu menghasilkan gaplek dan tapioka, yang kedua-duanya merupakan bahan domestik dan eksport. Ubi kayu juga mempunyai nilai gizi yang berarti sebaga bahan pangan, disamping potensinya sebagai komoditi eksport
Ubi kayu merupakan bahan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung. Disamping itu juga, ubi kayu menghasilkan gaplek dan tapioka, yang kedua-duanya merupakan bahan domestik dan eksport. Ubi kayu juga mempunyai nilai gizi yang berarti sebaga bahan pangan, disamping potensinya sebagai komoditi eksport
b.
TUJUAN/MANFAAT.
Ubi kayu sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk umbi segar, baik sebagai bahan makanan pokok, tambahan atau sampingan. Ubi kayu selain dipergunakan sebagai bahan makanan manusia, juga untuk makanan ternak dan bahan industri.
Panen ubi kayu dilakukan bila sudah tua dimana kriteria itu ditentukan oleh kandungan tepung dalam umbi mencapai maksimum Tetapi kebanyakan petani sering menunda masa panen, karena tergantung pada harga pasar dan kebutuhannya tidak mendesak.
Ubi kayu sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk umbi segar, baik sebagai bahan makanan pokok, tambahan atau sampingan. Ubi kayu selain dipergunakan sebagai bahan makanan manusia, juga untuk makanan ternak dan bahan industri.
Panen ubi kayu dilakukan bila sudah tua dimana kriteria itu ditentukan oleh kandungan tepung dalam umbi mencapai maksimum Tetapi kebanyakan petani sering menunda masa panen, karena tergantung pada harga pasar dan kebutuhannya tidak mendesak.
c.
REKOMENDASI
( ARAHAN/BIMBINGAN )
Hal ini bila terus dibiarkan akan menyebabkan umbinya berubah menjadi berkayu (keras)
Ubi kayu yang sudah terlanjur dipanen tidak bisa ditahan lama, tanpa pengolahan tertentu atau langsung dipasarkan. Kerugian pasca panen belum dapat ditanggulangi, karena minimnya pengetahuan para petani dan sifat tanaman yang mudah rusak.
Ubi kayu bisa tahan lama atau diper panjang masa simpannya kalau sudah dirubah dalam bentuk gaplek atau tepung gaplek. Pengolahan serupa ini bisa tahan sampai 5-6 bulan. Sedangkan untuk memperpanjang daya tahan singkong dalam bentuknya yang utuh, dapat dilakukan dengan cara penyimpanan dalam tanah dan dalam sekam lembab. Tehnologi penyimpanan ini tergolong murah dan mudah.
II. Beberapa Tingkat Kerusakan Pada Saat Panen
Hal ini bila terus dibiarkan akan menyebabkan umbinya berubah menjadi berkayu (keras)
Ubi kayu yang sudah terlanjur dipanen tidak bisa ditahan lama, tanpa pengolahan tertentu atau langsung dipasarkan. Kerugian pasca panen belum dapat ditanggulangi, karena minimnya pengetahuan para petani dan sifat tanaman yang mudah rusak.
Ubi kayu bisa tahan lama atau diper panjang masa simpannya kalau sudah dirubah dalam bentuk gaplek atau tepung gaplek. Pengolahan serupa ini bisa tahan sampai 5-6 bulan. Sedangkan untuk memperpanjang daya tahan singkong dalam bentuknya yang utuh, dapat dilakukan dengan cara penyimpanan dalam tanah dan dalam sekam lembab. Tehnologi penyimpanan ini tergolong murah dan mudah.
II. Beberapa Tingkat Kerusakan Pada Saat Panen
Ubi
kayu setelah dipanen akan mengalami kerusakan bila dibiarkan selama 3 hari,
berupa:
1. Kerusakan tingkat pertama, ditandai dengan adanya perubahan warna pada umbi. Gejala pada mulanya berupa garis hitam kebiruan, selanjutnya berubah menjadi warna kecokiatan. Bila dimakan umbi nya tidak enak, karena keras dan rasanya pahit.
2. Kerusakan tingkat kedua, disebabkan oleh bakteri, yang menimbulkan peragian (permentasi) dan dapat melunakkan umbi.
1. Kerusakan tingkat pertama, ditandai dengan adanya perubahan warna pada umbi. Gejala pada mulanya berupa garis hitam kebiruan, selanjutnya berubah menjadi warna kecokiatan. Bila dimakan umbi nya tidak enak, karena keras dan rasanya pahit.
2. Kerusakan tingkat kedua, disebabkan oleh bakteri, yang menimbulkan peragian (permentasi) dan dapat melunakkan umbi.
Biasanya proses ini berlangsung lambat.
3. Kerusakan lain yaitu kerusakan mekanis yang disebabkan oleh peralatan panen, di
karenakan kurang hati-hati
pada waktu memanen. Kerusakan pada tingkat ini beberapa luka maupun memar.
III. Anjuran Panen
1. Waktu Panen
Ubi kayu seharusnya dipanen pada saa hasil karbohidrat perhektar mencapai maksimal. Untuk mengetahui masa tersebut dapat dilihat tanda-tanda sebagai berikut :
- Pertumbuhan daun sudah mulai berkurang
- Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok.
- Umur tanaman telah mencapai antara 7 - 14 bulan (Untuk ubi kayu genjah berumur 7 - 8 bulan, dan ubi kayu dalam berumur 18 - 21 bulan).
2. Cara Panen
- Pada tanah ringan dan gembur, pemanenan dapat dilakukan dengan tangan yaitu dengan mencabut.
- Pada tanah yang keras dan tanaman sukar dicabut dengan tangan dapat diguna kan alat pengungkit yang terbuat dari bambu atau kayu yang panjang dan seutas tali.
III. Anjuran Panen
1. Waktu Panen
Ubi kayu seharusnya dipanen pada saa hasil karbohidrat perhektar mencapai maksimal. Untuk mengetahui masa tersebut dapat dilihat tanda-tanda sebagai berikut :
- Pertumbuhan daun sudah mulai berkurang
- Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok.
- Umur tanaman telah mencapai antara 7 - 14 bulan (Untuk ubi kayu genjah berumur 7 - 8 bulan, dan ubi kayu dalam berumur 18 - 21 bulan).
2. Cara Panen
- Pada tanah ringan dan gembur, pemanenan dapat dilakukan dengan tangan yaitu dengan mencabut.
- Pada tanah yang keras dan tanaman sukar dicabut dengan tangan dapat diguna kan alat pengungkit yang terbuat dari bambu atau kayu yang panjang dan seutas tali.
Caranya
: tali diikat pada pangkal batang, kemudian bambu atau kayu pengungkit dimasukkan dalam kalungan tali tersebut.
Ujung kayu/bambu diletakkan pada tanah dan ujung lainnya diletakkan diatas,
kemudian perlahan-lahan diangkat. -
Cara ini dapat menghasilkan umbi yang dipanen utuh tanpa luka (tidak rusak)
- Sebaiknya panen dilakukan pada pagi atau sore hari
- Usahakan jangan terkena sinar matahari langsung agar tidak kering.
- Setelah ubi kayu dicabut, umbinya dipetik atau dpotong pankalnya dengan di sertai sedikit batangnya, dengan menggunakan pisau. Usahakan jangan sampai terluka.
Cara ini dapat menghasilkan umbi yang dipanen utuh tanpa luka (tidak rusak)
- Sebaiknya panen dilakukan pada pagi atau sore hari
- Usahakan jangan terkena sinar matahari langsung agar tidak kering.
- Setelah ubi kayu dicabut, umbinya dipetik atau dpotong pankalnya dengan di sertai sedikit batangnya, dengan menggunakan pisau. Usahakan jangan sampai terluka.
IV. Penyimpanan Hasil Panen
Penyimpanan
ubi kayu yang paling aman adalah melalui 2 cara yaitu :
1. Penyimpanan dalam kotak
- Siapkan kotak yang berkerangka kayu dengan alas dan dindingnya terbuat dari belahan kayu.
- Sisi bagian dalam dan kotak dilapisi lembaran plastik yang tebalnya 0,25- 0,50 mm.
- Tiap sisi dan kotak diberi dua buah lubang yang gunanya untuk mengeluarkan panas.
- Jarak antara lubang yang satu dengan yang lain adalah 15 cm.
- Kemudian rendam sekam padi kering dengan air bersih selama satu malam. (jumlah sekam padi 15-25 persen dan jumlah berat ubi kayu yang akan disimpan).
- Letakkan sekam padi yang sudah direndam tadi pada alas/dasar kotak setebal 2 cm.
1. Penyimpanan dalam kotak
- Siapkan kotak yang berkerangka kayu dengan alas dan dindingnya terbuat dari belahan kayu.
- Sisi bagian dalam dan kotak dilapisi lembaran plastik yang tebalnya 0,25- 0,50 mm.
- Tiap sisi dan kotak diberi dua buah lubang yang gunanya untuk mengeluarkan panas.
- Jarak antara lubang yang satu dengan yang lain adalah 15 cm.
- Kemudian rendam sekam padi kering dengan air bersih selama satu malam. (jumlah sekam padi 15-25 persen dan jumlah berat ubi kayu yang akan disimpan).
- Letakkan sekam padi yang sudah direndam tadi pada alas/dasar kotak setebal 2 cm.
-
Susunlah ubi kayu berderet
secara rapat diatas sekam padi, kemudian dilapisi dengan
sekam padi secara merata sampai mencapai ketebalan 2 cm.
- Begitu seterusnya sampai kotak penuh,. dan bagian atas dilapisi lagi dengan Sekam basah.
- Kemudian kotak ditutup dengan plastik dan pinggir plastik yang keluar dimasuk kan pada sela-sela dinding sekeliling kotak.
- Disimpan dalam gudang atau ruangan yang cukup pertukaran udara dan bebas dari hama dan penyakit.
2. Penyimpanan Dalam Tanah
Untuk penyimpanan ubi kayu dalam tanah harus utuh (tidak rusak/luka) dan disertai sedikit batangnya.
- Buatlah lubang sesuai dengan banyak/jumlah ubi kayu yang akan disimpan.
- Usahakan lubang tidak terlalu dalam ( + 80 - 90 cm).
- Lubang penyimpanan diusahakan dalam kondisi becek.
- Singkong disusun dengan posisi memanjang (horizontal) atau posisi berdiri (vertikal), sehingga seluruh dasar lubang terisi.
- Setelah ubi kayu tersusun rapi, lalu ditimbun dengan tanah dan sekaligus disiram dengan air secukupnya.
- Kemudian diatas timbunan tanah disusun lagi ubi kayu dengan posisi semula (apakah horizontal atau vertikal), yang diikuti dengan penimbunan tanah dan penyiraman.
- Demikian seterusnya sampai lubang yang tergali penuh dengan ubi kayu atau rata dengan permukaan tanah.
- Kemudian ditutup dengan bahan yang tidak mudah diganggu tikus dan binatang lain.
- Siramlah lubang ini setiap hari dengan teratur.
Selain dilapisi tanah, dapat juga setiap susunan dilapisi dengan jerami, daun-daun hijau (daun ubi kayu, daun nangka, daun mangga).
Apabila penyimpanan dilakukan pada musim hujan, perlu diberi perlindungan agar umbi yang ada didalam lubang tidak basah. Penyimpanan secara sederhana ini, umbi
ubi kayu akan tahan sampai sebulan atau lebih.
- Begitu seterusnya sampai kotak penuh,. dan bagian atas dilapisi lagi dengan Sekam basah.
- Kemudian kotak ditutup dengan plastik dan pinggir plastik yang keluar dimasuk kan pada sela-sela dinding sekeliling kotak.
- Disimpan dalam gudang atau ruangan yang cukup pertukaran udara dan bebas dari hama dan penyakit.
2. Penyimpanan Dalam Tanah
Untuk penyimpanan ubi kayu dalam tanah harus utuh (tidak rusak/luka) dan disertai sedikit batangnya.
- Buatlah lubang sesuai dengan banyak/jumlah ubi kayu yang akan disimpan.
- Usahakan lubang tidak terlalu dalam ( + 80 - 90 cm).
- Lubang penyimpanan diusahakan dalam kondisi becek.
- Singkong disusun dengan posisi memanjang (horizontal) atau posisi berdiri (vertikal), sehingga seluruh dasar lubang terisi.
- Setelah ubi kayu tersusun rapi, lalu ditimbun dengan tanah dan sekaligus disiram dengan air secukupnya.
- Kemudian diatas timbunan tanah disusun lagi ubi kayu dengan posisi semula (apakah horizontal atau vertikal), yang diikuti dengan penimbunan tanah dan penyiraman.
- Demikian seterusnya sampai lubang yang tergali penuh dengan ubi kayu atau rata dengan permukaan tanah.
- Kemudian ditutup dengan bahan yang tidak mudah diganggu tikus dan binatang lain.
- Siramlah lubang ini setiap hari dengan teratur.
Selain dilapisi tanah, dapat juga setiap susunan dilapisi dengan jerami, daun-daun hijau (daun ubi kayu, daun nangka, daun mangga).
Apabila penyimpanan dilakukan pada musim hujan, perlu diberi perlindungan agar umbi yang ada didalam lubang tidak basah. Penyimpanan secara sederhana ini, umbi
ubi kayu akan tahan sampai sebulan atau lebih.
0 Response to "Penanganan Pasca Panen Ubi Kayu"
Post a Comment