ASPEK BIOLOGI Kepiting

KLASIFIKASI        
            Kepiting merupakan salah satu hewan air yang banyak dijumpai di Indonesia dan merupakan hewan Arthropoda yang terbagi menjadi empat famili, yaitu Portunidae (Kepiting Perenang), Xanthidae (Kepiting Lumpur), Cancridae (Kepiting “Cancer”) dan Potamon idae (Kepiting Air Tawar). Di antara empat falimi tersebut, hanya famili Potamonidae yang kurang diminati oleh penggemar Kepiting, sedangkan ketiga famili lainnya merupakan jenis Kepiting yang sering diperdagangkan. Lengkapnya, Kepiting mempunyai klasifikasi sebagai berikut (Waterman dan Chase, 1960):
            Filum               :           Arthropoda V            
            Kias                 :           Crustacea       
            Subklas            :           Malacostraca  
            Ordo                :           Eucaridae       
            Subordo          :           Decapoda       
            Famili              :           Portunidae      
                                                Xanthidae
                                                Cancridae
                                                Potamonidae
            Bangsa Kepiting dapat dikenal melalui bentuk tubuhnya yang melebar melintang. Ciri khas yang dimiliki bangsa Kepiting ini adalah karapasnya berbentuk pipih atau agak cembung dan berbentuk heksagonal atau agak persegi. Ujung pasangan kaki terakhir mempunyai bentuk agak pipih dan berfungsi sebagai alat pendayung pada saat berenang.
            Dalam pertumbuhannya, semua jenis Kepiting sering berganti kulit. Kulit kerangkanya yang terbuat dan bahan berkapur tidak dapat terus tumbuh mengikuti perkembangan tubuhnya. Jika Kepiting telah tumbuh mencapai ukuran tertentu, maka kulit pembungkus lamanya yang lebih kecil dan retak/pecah akan ditinggalkan, sehingga akan keluar individu yang berukuran lebih besar tetapi kulitnya masih lunak. Diperlukan waktu agak lama agar kulit baru tersebut menjadi keras seperti semula. Dengan tubuli yang masih lunak, Kepiting berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan, karena pertahanan nya lemah sehingga mudah diserang oleh Kepiting lainnya. Kanibalisme merupakan sifat yang khas pada bangsa Kepiting, baik pada yang kecil maupun dewasa, terutama jika dipelihara dalam wadah yang sempit.    
            Habitat hidup Kepiting beraneka ragam, mulai dan lingkungan air, baik tawar maupun asin dan lingkungan daratan. Ada beberapa jenis Kepiting yang menyukai hidup di lingkungan berbatu, namun ada pula yang lebih senang hidup di antara akar tumbuh-tumbuhan air.   
B. JENIS KELAMIN          
            Jenis kelamin Kepiting sangat mudah ditentukan, yaitu dengan mengamati alat kelaminnya yang ada di bagian perut (dadanya). Pada bagian perut (dada) Kepiting jantan umumnya terdapat organ kelam m berbentuk segitiga yang sempit dan agak meruncing di bagian depan. Sedangkan organ kelamin Kepiting betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan di bagian depannya agak tumpul (lonjong).  

Alat kelamin jantan terdiri dari sebuah testis berwarna putih dan terletak di bawah sinusparicardii. Testis dilengkapi dengan dua buah vasa deferentia yang menyerupai pipa panjang berlekuk-lekuk dan bermuara pada copepodit dan pasangan kaki kelima.

Organ kelamin Kepiting betina berupa ovarium yang tempat dan bentuknya menyerupai testis. Dan bagian tengah ovarium tersebut akan keluar oviduct yang pendek dan bermuara di copepodite pada pasangan kaki ketiga.          
C. SIKLUS HIDUP
            Jika kondisi lingkungan memungkinkan, Kepiting dapat bertahan hidup hingga mencapai umur 3 – 4  tahun. Sementara itu, pada umur 12 – 14  bulan Kepiting sudah dianggap dewasa dan dapat dipijahkan. Sekali memijah, Kepiting mampu menghasilkan jutaan telur. Di alam bebas, jumlah telur yang mampu menjadi Kepiting dewasa sangat sedikit, karena terlalu banyak musuh alaminya.         
            Telur Kepiting yang sudah dibuahi akan menentas menjadi zoea, megalops, Kepiting muda dan akhirnya menjadi Kepiting dewasa. Selama masa pertumbuhan, Kepiting akan mengalami beberapa kali pergantian kulit. Hal ini Terjadi karena rangka luar yang membungkus tubuhnya tidak dapat membesar, sehingga perlu dibuang dan diganti dengan rangka luar baru yang lebih besar. Pada saat berganti kulit, sering terjadi peristiwa kanibalisme di antara sesama Kepiting karena Kepiting yang sedang berganti kulit hanya terbungkus oleh kulit luar yang masih lunak sehingga kondisi pertahanan tubuhnya sangat lemah dan mudah diserang oleh temannya. Untuk menghindari terjadinya kanibalisme, perlu disediakan tempat berlindung yang aman bagi Kepiting yang sedang berganti kulit.
                                               
Pembuahan                Telur                     larva zoea   


Kepiting                     Kepiting                Megalops   
dewasa                       muda   
           
            Untuk menjadi Kepiting dewasa, zoea membutuhkan pergantian kulit kurang lebih sebanyak 20 kali. Proses pergantian kulit pada zoea berlangsung relatif cepat, yaitu sekitar 3– 4  hari tergantung pada kemampuan tumbuhnya. Jika tersedia pakan dalam jumlah melimpah, maka proses pergantian kulit akan berlangsung lebih cepat dibandingkan jika lingkungannya tidak mengandung pakan dalam jumlah memadai. Pada fase megalops, proses pergantian kulit berl angsung relatif lama, yaitu setiap 15 hari. Setiap kali terjadi pergantian kulit, tubuh Kepiting akan bertambah besar sekitar sepertiga kali ukuran semula.

D. PAKAN DAN KEBIASAAN MAKAN            
            Larva Kepiting membutuhkan pakan dalam jumlah tertentu untuk menunjang aktivitas .pertumbuhannya. Jenis pakan yang dikonsumsi Kepiting juga bĂ©rvariasi, tergantung pada ukuran Kepiting yang dipelihara.             
            Kepiting yang masih berbentuk larva menyukai pakan berupa plankton atau kutu air yang berukuran kecil, sesuai dengan ukuran mulut Kepiting yang juga relatif kecil. Jika telah mencapai fase megalops, Kepiting menyukai organisme yang berukuran relatif lebih besar, Pemberian artemia juga dapat dianjurkan, namun perlu dipertimbangkan biaya pengadaannya yang relatif mahal. Kepiting yang telah dewasa lebih senang memakan daging, bahkan bangkai juga disukainya.        
            Pakan yang telah ditangkap dan dihancurkan oleh capitnya akan segera dimasukan ke dalam mulut. Di dalam mulut, makanan tidak langsung masuk ke dalam perut tetapi disaring dahulu dan hanya bahannya yang dapat dimakan saja yang terus masuk ke dalam perut. 

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "ASPEK BIOLOGI Kepiting "

Post a Comment