BUDIDAYA KENTANG

I.              PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Tanaman kentang adalah tanaman umbi-umbian yang dapat hidup didataran tinggi dan tanah yang subur. Kentang sangat disukai oleh masyarakat karena rasanya yang enak dan banyak mengandung vitamin dan kadar gulanya kecil sehingga penderita diabetes paling baik mengkonsumsi kentang daripada nasi. Kentang dapat dikonsumsi setiap hari oleh siapapun dan selalu tersedia dipasaran karena kentang sayuran yang bayak peminatnya.
Budidaya kentang mudah dilakukan tetapi harus mnjaga kelembaban tanah dan lingkungan sekitarnya karena tanamankentang rentan terhadap penyakit. Pemasaran kentang sangat mudah dan tidak membutuhkan rantai pemasatran yang panjang. Harga kentang juga relatif stabil.
1.2    Tujuan
Adapun tujuan adalah sebagi berikut :
1.      Untuk menjadai petunjuk bagi pelaku utama dan keluarganya dalam melakukan budidaya tanaman kentang.
2.      Merubah produksi tanaman kentang menjadi optimal dan merubah ekonomi pelaku utama dan keluarganya menjadi lebih baik.



II.           BUDIDAYA  KENTANG
2.1 Syarat Tumbuh
Tanaman kentang umumnya dapat tumbuh baik bila ditanam di dataran tinggi (1.500 – 3.000 m dpl). Namun sebagai pengecualian, tanaman kentang ada yang tumbuh baik pada ketinggian 500 m dpl. seperti di daerah Maja, dan tumbuh pada ketinggian 800 m dpl, seperti di daerah Temanggung, Kedu. Keadaan ketinggian tempat juga berhubungan erat dengan keadaan iklim setempat yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, seperti keadaan suhu udara, keadaan curah hujan, keadaan kelembaban udara, dan keadaan penyinaran cahaya matahari. Semakin tinggi letak geografis tanah, maka keadaan suhu udara akan semakin turun dengan laju penurunan sebesar 0,5˚C setiap kenaikan 100 meter dari permukaan laut. Sedangkan intensitas cahaya matahari dan kelembaban udaranya semakin tinggi. Demikian pula keadaan curah hujan akan semakin tinggi (Bambang cahyono, 1996).
Untuk menghemat biaya eksploitasi atau pembukaan tanah, maka sebaiknya dipilih lokasi yang keadaan topografi tanahnya datar. Dengan demikian tidak perlu membuat teras-teras ataupun tanggul-tanggul. Akan tetapi apabila keadaannya memaksa harus menggunakan tanah yang miring, hendaknya harus memperhitungkan derajat kemiringan tanahnya. Untuk pembudidayaan tanaman ditanah yang miring, derajat kemiringan tanah harus dibawah 30%. Sebab, derajat kemiringan tanah diatas 30% sudah merupakan faktor penghambat untuk budidaya tanaman sehingga sudah tidak menguntungkan lagi (Bambang cahyono, 1996).

2.2  Pengadaan Benih atau Bibit
Benih atau bibit kentang adalah bagian tanaman berupa umbi dan bukan berupa biji botani (True Potato Seed) yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakan tanaman kentang.  Umbi  yang akan ditanam perlu diseleksi dulu, dipilih yang sehat, dan berasal dari tanaman yang bebas hama dan penyakit.
1)   Pengelompokan Ukuran
Pengelompokan ukuran benih adalah pengelompokan menurut besar  kecilnya umbi. Menurut Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, Direktorat  Jendral  Hortikultura, Departemen Pertanian RI, berikut seleksi ukuran benih yang dikelompokan berdasarkan bobot umbi. Ukuran LL bobot lebih dari 120 gram. Ukuran L2 bobot  90 – 120 gram, Ukuran L1 bibot 60 – 90  gram Ukuran M bobot 30 – 60 gram, Ukuran S bobot 10 – 30 gram, Ukuran SS bobot kurang dari 10 gram
2.3  Persiapan Lahan
Pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak lurus kemiringan tanah untuk mencegah erosi.  Lebar bedengan 70 cm (1 jalur tanaman) /140 cm (2 jalur tanaman) tinggi 30 cm dan jarak atar bedengan 30 cm.  Lebar dan jarak antar bedengan dapat diubah  sesuai dengan varietas kentang yang ditanam.  Disekeliling petak bedengan dibuat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm..
Pupuk organik dapat juga diberikan setelah bedengan atau guludan dibuat.  Maksudnya, setelah guludan jadi, dibuat lubang tanam, dan ke dalam lubang tanam inilah pupuk organik dimasukkan. Takarannya kurang lebih 0,5 – 1,0 kg per lubang tanam. Dengan takaran ini, rata-rata kebutuhan per hektar sekitar 10 – 15 ton. Pupuk anorganik untuk kentang dianjurkan menggunakan Urea (45%), ZA (21% N dan 24% S), TSP (45%  P2O5), dan KCl (60% K2O). Takaran yang dianjurkan untuk pupuk anorganik sebagai berikut. Urea 225 Kg per hektar, TSP 300 Kg per hektar, KCl 100 Kg per hektar,dan ZA 150 Kg per hektar, Takaran per lubang tanamannya sekitar Urea 12 g, ZA 8 g, TSP 15 g, dan KCl 5 g.
Jarak tanam antar-barisan (alur atau garit) untuk menghasilkan umbi kentang ukuran bibit adalah 70 – 75 cm dan jarak tanam dalam barisan adalah 20 – 25 cm.  Sedangkan untuk tujuan menghasilkan produksi umbi  konsumsi, jarak tanam sebaiknya agak lebar yaitu jarak antar – barisan 70 – 80 cm dan jarak dalam barisan 30 cm.  
2.4  Penanaman
Penanaman ini dilakukan seminggu setelah tahap persiapan lahan.  Langkah-langkah penanaman tersebut sebagai berikut. Lubang tanam disiapkan dengan kedalaman seukuran bibit atau kira-kira 7,5 – 10 cm.  Lubang tanam jangan terlalu dalam karena dapat menurunkan bobot produksi. Setelah itu, bibit ditanam.  Bibit yang ditanam harus sudah tumbuh tunasnya sekitar 1 – 2 cm.  Bibit ditanam dengan posisi tunas yang tumbuhnya paling baik menghadap ke atas.  Setelah itu timbun lagi dengan tanah setebal 5 – 6 cm.
2.5  Pemeliharaan
Ø  Pemupukan
Bersamaan dengan pemberian pupuk kandang tersebut sebelum penanaman bibit, pupuk buatan juga diberikan. Cara pemberian pupuk buatan adalah diatas pupuk kandang atau diantara umbi bibit dengan jarak 5cm – 7cm di sebelah kanan dan kiri umbi kentang. Jumlah pupuk buatan untuk tanaman kentang bervariasi, tergantung pada varietas kentang, jenis tanah, kesuburan tanah, lokasi, dan musim. Sebagai pedoman, pemakaian pupuk buatan untuk lahan seluas satu hektar adalah menggunakan campuran pupuk buatan yang dilakukan 20 hari sekali sebagai berikut: Pupuk Urea sebanyak 400 – 600 kg/ha. Pupuk ZA sebanyak 150 kg/ha. Pupuk SP36 sebanyak 450 kg/ha. Pupuk KCL sebanyak 100 kg/ha
Ø  Penyiangan   
Biasanya penyiangan atau membersih rumput dan gulma dilakukan pada saat pemupukan Susulan 1 (20-an HST) dan susulan 2 (40-an HST) atau pada saat tanaman berumur sekitar 30 hari dan 50 hari.  Namun, sebetulnya kapan penyiangan dilakukan, tidak ada aturannya. Penyiangan dapat dilakukan kapan saja.  Pada waktu melakukan pemeriksaan rutin, penyiraman, atau kegiatan lain yang sekaligus memeriksa ada tidaknya gulma.
Ø  Pembumbunan
Bersama dengan penyiangan dilakukan pembumbunan. Pembumbunan ini dilakukan dengan mempertinggi permukaan tanah sekitar tanaman agar lebih tinggi dari tanah sekelilingnya.  Tujuan pembumbunan itu agar perakaran tanaman menjadi lebih baik, menghindarkan umbi kentang dari sinar matahari sehingga racun solanin yang terdapat dalam umbi kentang, dan berbahaya bagi kesehatan, tidak akan muncul.
Ø  Pemangkasan Bunga
Biasanya pada umur 25 – 30 hari, tanaman kentang mulai mengeluarkan bunga. Oleh karena itu, bunga sebaiknya dipangkas sebelum mekar (bunga masih kuncup). Kemunculan bunga bisa membuat umbi tumbuhnya kecil-kecil, Karena terjadi persaingan dalam penggunaan zat makanan untuk pembentukan umbi dan bunga.
Ø  Penyiraman dan Pengairan
Kentang tidak hanya membutuhkan makanan banyak, tetapi juga membutuhkan air yang banyak (tetapi tidak menghendaki tanah yang becek).  Bila kelembabannya kurang dari yang diperlukan maka tanaman perlu penyiraman. Kelembaban yang dibutuhkan oleh tanaman kentang 80%.
2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit
1.    Kutu Daun (Aphididae)
       Kutu daun atau aphid adalah hama dari keluarga Aphididae yang berukuran kecil (1 – 2mm) dan umumnya menyerang daun dengan cara mengisap cairan daun. Untuk mengendalikan hama ini, langkah langkah yang dapat dilakukan adalah: Membersihkan lingkungan sekitar dari tumbuhan liar (gulma) dan membakar bagian tanaman yang diserang. Menanam tanaman perangkap yang tumbuhnya lebih tinggi dari tanaman kentang, ditanam di pinggiran lahan.  Jenis tanaman perangkap antara lain tanaman jagung, bunga matahari, atau tanaman yang bunganya cenderung kuning atau kekuning-kuningan. Pada serangan yang demikian hebat, setiap daun dapat ditemukan aphis sebanyak 7 ekor. Penyemprotan pestisida (insektisida) yang sesuai untuk aphis dapat dilakukan jika diperlukan.
2.        Ulat Penggulung daun ( Phthorimaea operculella)
       Ulat ini termasuk kedalam Ordo Lepidoptera. Famili Gelechiides.  Lepidoptera berasal dari kata Yunani yaitu Lepidopteros.  Lepidos artinya sisik, pteros artinya sayap.  Serangga dewasa tidak menjadi hama, yang menjadi hama adalah Larvanya, larva berbentuk ulat.  Serangan ulat ini dimulai Serangan dengan perubahan warna daun dari hijau menjadi merah tua. Kemudian muncul jalinan seperti benang yang didalamnya berisi ulat kecil berwarna kelabu. Kadang-kadang daun menggulung dan berisi larva. Menggulungnya daun karena permukaan daun sebelah atas rusak. Serangan ini tidak hanya terjadi dilapangan, tetapi juga di tempat penyimpanan atau gudang. Umbi yang diserang ditandai dengana adanya kotoran disekitar mata tunas. Upaya pengendalian hama yang dilakukan, antara lain: Hindari penanaman kentang pada musim kemarau. Hindari terjadinya keretakan tanah karena lewat retakan ini larva akan masuk ke dalam tanah dan tanah akan merusak umbi. Seiring melakukan pembumbunan untuk mencegah larva masuk ke dalam tanah.
3.Penyakit hawar daun
Miselium P. infestans yang terdiri dari benang-benag hifa yang tidak bersekat dan mengandung banyak inti yang diploid (Brasier & Sansome, 1975), tumbuh diantara sel-sel tanaman inang.  Makanan diperoleh dari dalam sel yang diserap oleh kaki miselium.
 Gejala pertama ialah terdapat bercak kebasah-basahan dengan tepian yang tidak teratur pada tepi daun atau tengahnya.  Bercak kemudian melebar dan terbentuklah daerah nekrotik yang berwarna coklat.  Melingkari daerah nekrotik ini terdapat bagian yang berwarna hijau kelabu yang menghasilkan sporangium berwarna putih.  Penyakit dapat terjadi pada tangkai anak daun , warna coklat, melingkar, agak mengendap, dan dapat menimbulkan defoliasi.  Pada ujung batang, penyakit berupa nekrotik yang cepat berkembang pada jaringan tanaman yang masih muda.  Pengendalian terhadap penyakit lodoh  antara lain dengan sanitasi lahan pertanaman.  Lantas menanam bibit yang sehat dan varietas yang tahan terhadap serangan penyakit tersebut. Selanjutnya, menanam tanaman pagar seperti jagung atau yang lain sebagai penghalang penyebaran spora dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain.  Tanaman penghalang ini juga sebagai pencegah serangan serangga yang mungkin menjadi vektor penyebar penyakit tersebut.
4.        Penyakit Kudis
Gejala penyakit ini tidak tampak pada bagian di atas permukaan tanah.  Kulit permukaan umbi terdapat borok-borok kudis yang menonjol keluar dan biasanya berdiameter 5 – 8 mm.  Mula-mula gejala hanya bercak kecil berupa pecahan seperti bintang, kemudian berkembang meluas dan berwarna gelap.  Scab banyak berjangkit pada musim kering dengan temperatur optimum 25 ˚C – 30 ˚C.
            Pengendalian penyakit ini yaitu menanam umbi yang sehat dan merotasi kentang denga leguminosae 3 – 5 tahun.  Pencelupan umbi ke dalam formalin 0,05 persen selama satu jam akan mencegah penularan penyakit melalui umbi.  Gunakan pupuk yang agak asam seperti amonium sulfat.  Pertanaman diairi secukupnya dan teratur pada masa awal pertumbuhan (Lapwood et al., 1973).
5.        Layu bakteri
            Serangan layu bakteri terbanyak pada musim hujan atau pada udara lembab.  Penularan penyakit dilapangan terjadi dalam tanah, mungkin lewat rembesan air atau percampuran dengan tanah yang sudah terinfeksi.  Sedangkan penularan digudang dapat disebabkan karena tercemarnya gudang oleh umbi yang sudah terjangkiti penyakit ini.
            Bila umbi yang terinfeksi, ketika dilakukan pemanenan, akan tampak ”lengketan tanah” yang menempel pada ujung stolon atau bagian mata umbi atau bagian ujung umbi.  Lengketan tanah ini akibat lendir yang keluar dari bagian yang terinfeksi.  Bila umbi dibelah , maka akan tampak disklorasi atau warna cokelat disekeliling vaskulernya (melingkar) dan berlendir berwarna putih susu atau keabu-abuan.
            Pengendalian penyakit ini meliputi pemakaian umbi yang sehat, melakukan rotasi dengan tanaman bukan tanaman inang minimal 4 tahun, mengeringkan tanah pada musim kemarau, mengurangi pelukaan karena mekanis maupun karena nematoda, penyemprotan tanaman dengan Agrimisin 15/1.5 WP, serta menerapkan tindakan eradikasi dan sanitasi.
2.7  Panen dan Pasca Panen 
Tanaman kentang dipanen pada umur 90 – 160 hari setelah tanam (HST). Untuk memperoleh hasil yang optimal, penentuan panen hendaknya berdasar pada umur tanaman dan memeriksa umbinya dengan mendangir sebagian tanahnya. Selain itu, waktu pemanenan (pagi, siang, sore) hendaknya diperhatikan karena berpengaruh terhadap kualitas umbi yang dipanen.  Sistem pemanenan menggunakan cangkul dan cukil bambu. Cangkul lebih sering digunakan daripada cukil bambu karena pekerjaan lebih efisien dan waktu yang digunakan lebih efektif. Pemanenan dengan cangkul juga mempunyai kelemahan, yaitu kemungkinan umbi kentang terkena cangkul sangat besar sehingga persentase kentang cacat mekanik menjadi besar. Pemanenan dengan cangkul dilakukan dengan membongkar bedengan secara hati-hati agar tidak mengenai umbi kentang lalu mengambil kentang dan meletakkannya di sisi bedengan.

III.        KESIMPULAN
Adapun kesimpulan adalah sebagai berikut :
1.      Tanaman kentang adalah tanaman yang rentan terhadap panyakit sehingga sangat penting diperhatikan kelembabannya dan lingkunagan sekitarnya.

2.      Pemasaran kentang sangat mudah karena kentang disukai oleh seluruh lapisan masyarakat dan dibutuhkan setiap hari.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "BUDIDAYA KENTANG"

Post a Comment