I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Selain
enak dinikmati sebagai lalapan, buncis juga berkhasiat mencegah dan mengobati
Diabetes Mellitus. Mungkin belum banyak orang yang tahu tentang manfaat
buncis, tapi bagi mereka yang gemar memakan buncis, tanpa disadari sayuran berukuran mini ini dapat mencegah timbulnya Diabetes Mellitus.
Setiap 1 liter darah manusia sehat mengandung gula sekitar 800-1000 miligram. Hormon yang paling berperan dalam dalam mengatur kadar gula adalah hormone insulin.
Hormon ini dihasilkan secara alamiah oleh tubuh dari organ tubuh yang bernama pankreas. Pankreas terletak di dekat hati. Hormon insulin bertugas mengatur agar kadar gula dalam darah tetap seimbang ketika tubuh dalam keadaan tegang, lapar, ataupun kenyang.. Kadar gula akan naik jika gula yang berasal dari makanan atau miniman yang masuk ke dalam tubuh telah masuk melalui dinding usus. Saaat inilah pankreas akan membuat insulin. Seseorang akan
menderita Diabetes Mellitus apabila pankreasnya hanya dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit, atau mungkin pankreasnya tidak bisa menghasilkan insulin sama sekali.
buncis, tapi bagi mereka yang gemar memakan buncis, tanpa disadari sayuran berukuran mini ini dapat mencegah timbulnya Diabetes Mellitus.
Setiap 1 liter darah manusia sehat mengandung gula sekitar 800-1000 miligram. Hormon yang paling berperan dalam dalam mengatur kadar gula adalah hormone insulin.
Hormon ini dihasilkan secara alamiah oleh tubuh dari organ tubuh yang bernama pankreas. Pankreas terletak di dekat hati. Hormon insulin bertugas mengatur agar kadar gula dalam darah tetap seimbang ketika tubuh dalam keadaan tegang, lapar, ataupun kenyang.. Kadar gula akan naik jika gula yang berasal dari makanan atau miniman yang masuk ke dalam tubuh telah masuk melalui dinding usus. Saaat inilah pankreas akan membuat insulin. Seseorang akan
menderita Diabetes Mellitus apabila pankreasnya hanya dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit, atau mungkin pankreasnya tidak bisa menghasilkan insulin sama sekali.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan adalah sebagi berikut :
1. Untuk
sebagai petunjuk bagi pelaku utama dalam melakukan usaha budidaya tanaman
buncis.
2. Agar
pelaku utama dapat lebih memahami budidaya teknis sehingga dapat meningkatkan
produksi seoptimal mungkin.
II.
BUDIDAYA
BUNCIS
2.1
Pembibitan
ü
Persyaratan
Benih/Bibit
Apabila akan mengusahakan suatu usaha pertanaman, maka hal pertama yang perlu
dilakukan adalah pemilihan benih. Benih yang digunakan harus benar-benar benih
yang baik. Benih yang baik berasal dari pohon induk yang baik. Benih yang baik
harus mempunyai persyaratan tertentu yakni: mempunyai daya tumbuh minimal
80-85%, bentuknya utuh, bernas, warna mengkilat, tidak bernoda coklat terutama
pada mata bijinya, bebas dari hama dan penyakit, seragam, tidak tercampur
dengan varietas lain, serta bersih dari kotoran. Benih yang baik mempunyai daya
tumbuh yang tinggi, dapat disimpan lama, tahan terhadap serangan hama dan penyakit,
tumbuhnya cepat dan merata, serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal
dan berproduksi tinggi.
ü
Penyiapan
Benih
Memilih benih yang baik agak sulit. Karena itu disarankan untuk membeli benih
yang bersertifikat. Benih ini telah diuji coba oleh balai pengujian benih,
sehingga dijamin kualitasnya. Benih bersertifikat telah banyak dijual
ditoko-toko sarana pertanian.
Benih buncis yang dibutuhkan dalam jumlah tertentu, tetapi kadang-kadang benih
yang dibeli jumlahnya melebihi yang dibutuhkan. Sehingga, masalahnya sekarang
adalah bagaimana menyimpan kelebihan benih itu. Cara menympannya dengan memberi
suhu 18-20 derajat C dengan kelembaban relatif 50-60 %. Kandungan air benih
juga sangat menentukan terhadap keawetan simpan benih. Kandungan yang baik
untuk menyimpan benih sekitar 14%. Bila persyaratan diatas terpenuhi maka daya
simpan benih buncis dapat mencapai 3 tahun.
2.2
Pengolahan Media Tanam
Selanjutnya untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan dibuat bedengan-bedengan
dengan ukuran panjang 5 meter, lebar 1 meter dan tinggi 20 cm. Jarak antar
bedengan 40-50 cm, selain sebagai jalan juga untuk saluran pembuangan air
(drainase). Untuk areal yang tidak begitu luas, mislnya tanah pekarangan, tidak
dibuat bedengan tetapi menggunakan guludan tanah selebar 20 cm, panjang 5
meter, tinggi 10-15 cm dan jarak antar guludan 70 cm.Umumnya tanah di Indonesia
bersifat asam (pH <7). Untuk menaikkan pH tersebut diperlukan pengapuran,
menggunakan batu kapur kalsit, gips, kadolomite, atau batu kapur talk. Dosis
untuk menaikan pH sebesar 0,1 sebesar 480 kg/ha. Pemberian kapur sebaiknya
dilakukan 2-3 minggu sebelum penanaman, dengan cara sebagai berikut:
Tanah digemburkan dengan mencakulnya, Kapur disebar merata.Tanah dicangkul
kembali agar kapur dapat bercampur dengan tanah secara merata
Untuk meningkatkan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk
kandang atau kompos sebanyak 15-20 kg/10 m2 atau kira-kira 3 kaleng penuh bekas
minyak tanah. Pemberian pupuk kandang dimaksudkan untuk memperbaiki struktur
tanah agar lebih gembur, airasi dan drainase lebih baik. Cara menempatkan pupuk
kandang maupun pupuk organik ialah dengan menaburkan disepanjang larikan.
Saat
pemberian pupuk dasar, dapat juga dilakukan pemberian pestisida organik untuk
nematoda. Nematoda Meloidogyne sp. sering menyerang buncis.
2.3
Penanaman
Air yang dibutuhkan buncis hanya secukupnya, sehingga saat menanam yang paling
baik yaitu saat peralihan. Hal ini sangat cocok untuk fase pertumbuhan buncis,
dan fase pengisian serta pemasakkan polong. Pada fase ini di khawatirkan akan
terjadi serangan penyakit bercak bila curah hujannya terlalu tinggi. Untuk
mengatasi curah hujan yang terlalu tinggi dapat dibuat saluran-saluran
drainase, ini kalau penanamannya dilakukan pada musim hujan. Sebaliknya, pada
musim kemarau perlu dilakukan penyiraman sesering mungkin terutama pada saat
awal perkecambahan.
ü
Penentuan
Pola Tanam
Tanaman buncis ditanam dengan pola pagar atau barisan karena penanamannya
dilakukan pada bedengan atau guludan. Pada pola ini, jarak antar tanaman lebih
sempit daripada jarak antar barisan tanamannya. Dengan pola tanam barisan akan
mempermudah pekerjaan selanjutnya, seperti pemeliharaan, pengairan, pemupukan,
pembumbunan dan panen.
Jarak tanaman yang digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar atau
tanah miring. Dan bila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan
jarak tanam yang lebih sempit lagi, yaitu 20 x 40 cm. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari tumbuhnya gulma, karena gulma akan lebih cepat tumbuh pada tanah
yang subur. Penentuan jarak tanam ini harus benar-benar diperhatikan karena
berhubungan dengan tersedianya air, hara dan cahaya matahari.
ü
Pembuatan Lubang Tanam
Setelah menentukan jarak tanam, kemudian membuat lubang tanam dengan cara
ditugal. Agar lubang tanam itu lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan
ajir, bambu, penggaris atau tali. Tempat yang diberi tanda tersebut juga
ditugal. Kedalaman tugal 4-6 cm untuk tanah-tanah yang remah dan gembur,
sedangkan untuk tanah liat dapat digunakan ukuran 2-4 cm. Hal ini disebabkan
pada tanah liat kandungan airnya cukup banyak, sehingga dikhawatirkan benih
akan busuk sebelum mampu berkecambah.
ü
Cara Penanaman
Tanaman buncis tidak memerlukan persemaian karena termasuk tanaman yang sukar
dipindahkan, sehingga benih buncis dapat langsung ditanam di lahan/kebun. Tiap
lubang tanam dapat diisi 2-3 butir benih. Setelah itu lubang tanam ditutup
dengan tanah.
2.4
Pemeliharaan Tanaman
ü
Penyulaman
Berikutnya Biji buncis dapat tumbuh setelah lima hari sejak tanam, benih yang
tidak tumbuh harus segera diganti (disulam) dengan benih yang baru. Penyulaman
sebaiknya dilakukan dibawah umur 10 hari setelah tanam, agar pertumbuhan
bibit-bibit tidak berbeda jauh dan memudahkan pemeliharaan.
ü
Pengguludan
Peninggian guludan atau bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur lebih 20
dan 40 hari. Lebih baik dilakukan pada saat musim hujan. Tujuan dari peninggian
guludan adalah untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya tanaman dan memelihara
struktur tanah.
ü
Pemangkasan
Untuk memperbanyak ranting-ranting agar diperoleh buah yang banyak, tanaman
buncis perlu dipangkas. Pemangkasan sebatas pembentukan sulurnya. Pelaksanaan
pemangkasan dilakukan bila tanaman telah berumur 2 dan 5 minggu. Pemang-kasan
juga dimaksudkan untuk mengurangi kelembapan di dalam tanaman sehingga dapat
menghambat perkembangan hama penyakit. Pucuk-pucuk tanaman hasil pangkasan
dapat digunakan sebagai sayuran.
ü
Pemupukan
Tindakan pemupukan pada tanaman buncis perlu dilakukan dengan alasan hara
tanaman yang disediakan oleh tanaman dalam jumlah yang terbatas. Sewaktu-waktu
zat hara akan berkurang karena tercuci kadalm lapisan tanah, terbawa erosi
bersama larutan tanah, hilang melalui proses evaporasi (penguapan), dan diserap
oleh tanaman. Apabila keadaan tersebut dibiarkan terus menerus tanpa adanya
perbaikan, maka makin lama persediaan hara dalam tanah makin berkurang sehingga
tanaman tumbuhnya merana. Untuk mencukupi kebutuhan hara tersebut, perlu
tambahan dari luar melalui pemupukan. Diharapkan dengan pemupukan akan
mengembalikan dan meningkatkan kandungan hara dalam tanah, sehingga tanaman
akan tumbuh subur dan produksinya akan melimpah.
Pemupukan ini dapat dilakukan pada umur 14-21 hari setelah tanam, caranya cukup
ditunggal kurang lebih 10 cm dari tanaman. Setelah itu ditutup kembali dengan
tunggal atau diinjak dengan kaki.
ü
Pengairan
Air yang diberikan alam sangat bervariasi dan seringkali tidak sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Untuk itu, diperlukan pengaturan pengairan. Biasanya
pengairan dilakukan bila penanamannya dilakukan pada musim kemarau, yaitu pada
umur 1-15 hari. Pelaksanaannya dilakukan 2 kali sehari, setiap pagi dan sore.
Bila penanamannya dilakukan pada musim hujan, yang perlu diperhatikan adalah
masalah pembuangan airnya. Kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-parit
yang telah dibuat di antara bedengan atau guludan.
2.5
Pengendalian hama dan Penyakit
ü Kumbang daun
Penyebab: kumbang
Henose-pilachna signatipennis atau Epilachna signatipennis, sering disebut
kumbang daun epilachna yang termasuk famili Curculionadae. Bentuk tubuhnya
oval, warna merah atau coklat kekuningan, panjang antara 6-8 mm. Pengendalian:(1)
bila sudah terlihat adanya telur, larva, maupun kumbangnya, maka dapat langsung
dibunuh dengan tangan; (2) dengan pestisida organik (dengan campuran (3)
rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang.
ü
Penggerek daun
Penyebab:ulat Etiella
zinckenella yang termasuk dalam famili Pyralidae. Penyebarannya meliputi daerah
tropis dan subtropis. Gejala: polong yang masih muda mengalami kerusakan,
bijinya banyak yang keropos. Kerusakkan ini tidak sampai mematikan tanamanbuncis.Pengendalian: penyemprotan
dengan pestisida organik (yang dicampur dengan bw.putih, cabe rawit, daun/niji
nimba, daun tomat, merica, sambiloto) . Waktu penyemprotan dilakukan segera
setelah diketahui adanya serangan dan dapat diulangi beberapa kali menurut
keperluan.
ü
Lalat kacang
Penyebab:lalat Agromyza phaseoli yang termasuk
dalam famili Agromyzidae. Lalat betina dan jantan mempunyai ukuran yang
berbeda. Lalat betina mempunyai panjang tubuh kurang lebih 2,2 mm, sedang yang
jantan hanya 1,9 mm. Gejala: daun berlubang-lubang dengan arah tertentu, yaitu
dari tepi daun menuju tangkai atau tulang daun. Gejala lebih lanjut berupa
pangkal batang yang membengkok atau pecah. Kemudian tanaman menjadi layu,
berubah kuning, dan akhirnya mati dalam umur yang masih muda. Apabila tidak
mengalami kematian, maka tumbuhnya kerdil, sehingga produksinya sedikit.
Pengendalian:hendaknya dilakukan
sedini mungkin, yaitu pada saat pengolahan tanah. Setelah biji-biji buncis
ditanam sebaiknya lahan langsung diberi penutup dari jerami daun pisang.
Penanaman dilakukan secara serentak. Bila tanaman sudah terserang secara berat,
maka segeralah dicabut dan dibakar atau dipendam dalam tanah. Namun, apabila
serangan masih kecil, disarankan agar menggunakan pestisida organik (dengan
campuran bw.putih, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, sambiloto).
Penyemprotan dilakukan sebanyak 2-3 kali sampai umur 20 hari, tergantung berat
ringan serangan
ü
Penyakit antraknosa
Penyebab: cendawan Colletotrichum lindemuthianum, termasuk dalam famili
Melanconiaccae.. Gejala: (1) terdapat bercak-bercak kecil
berwarna coklat karat pada polong buncis muda;(2) bercak hitam atau coklat tua
di bagian batang tanaman tua.
Pengendalian: (1) memakai benih
yang benar-benar bebas dari penyakit;(2) pergiliran tanaman, maksudnya
untuk memotong siklus hidup cendawan tersebut. Pergiliran tersebut dapat dengan
tanaman lobak, wortel atau kol bunga;(3) penyemprotan pestisida organik.
ü
Penyakit embun tepung
Penyebab: cendawan Erysiphe polygoni, yang termasuk dalam famili
Erysiphaceae.
Gejala: daun, batang,
bunga dan buah berwarna putih keabuan (seperti beludru). Apabila serangan pada
bunga ringan, maka polong masih dapat terbentuk. Namun bila gagal serangannya
berat akan dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi kering dan
akhirnya mati. Bila polong yang diserang maka polong tidak gugur, tetapi akan
meninggalkan bekas berwarna cokelat surat sehingga kualitasnya menurun.
Pengendalian: (1)
bagian-bagian yang sudah terserang sebaiknya dipotong atau dibakar;(2) dapat
juga disemprot dengan pstisida organik. Atau dapat juga dilakukan penghembusasn
dengan tepung belerang.
ü
Penyakit layu
Penyebab: bakteri
Pseudomonas sollanacearum. Bakteri ini termasuk dalam famili p
tanaman akan terlihat
layu, menguning dan kerdil. Bila batang tanaman yang terserang dipotong
melintang, maka akan terlihat warna cokelat dan kalau dipijit keluar lendir
berwarna putih. Kadang-kadang warna cokelat ini bisa sampai ke daun. Akar yang
sakit juga berwarna cokelat.Pengendalian: (1) penyiraman
tanaman dengan air yang bebas dari penyakit;(2) dengan rotasi tanaman selama 2
tahun;(3) penyemprotan dengan fungsida Agrept 20 WP dengan konsentrasi 0,5-1
gram/liter air.
2.6
Panen dan Pasca Panen
ü
Ciri dan Umur Panen
Pemanenan dapat
dilakukan saat tanaman berumur 60 hari dan polong memperlihatkan ciri-ciri sebagai
berikut:a) Warna polong agak muda dan suram.b) Permukaan kulitnya agak kasar.c)
Biji dalam polong belum menonjol.d) Bila polong dipatahkan akan menimbulkan
bunyi letup.
ü
Cara Panen
Dalam menentukan saat panen harus setepat mungkin sebab bila sampai terlambat
memetiknya beberapa hari saja maka polong bincis dapat terserang penyakit
bercak Cercospora. Penyakit tersebut sebenarnya hanya menyerang daun dan bagian
tanaman lainnya, tetapi karena saat pemetikan yang terlambat maka penyakit
tersebut berkembang sampai ke polong-polongnya.Cara panen yang dilakukan
biasanya dengan cara dipetik dengan tangan. Penggunaan alat seperti pisau atau
benda tajam yang lain sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan luka pada
polongnya. Kalau hal ini terjadi maka cendawan atau bakteri dapat masuk kedalam
jaringan, sehingga kualitas polong menurun.
ü
Periode Panen
Pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 2-3 hari
sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polonh yang seragam dalam tingkat
kemasakkannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur lebih dari 80
hari, atau kira0kira sejumlah 7 kali panen.
ü
Sortasi
Sortasi meliputi kegiatan-kegiatan membuang atau memisahkan hasil berdasarkan
kualitas dan mengadakan klarifikasinya. Polong buncis yang cacat akibat
serangan hama dan penyakit, polong yang tua maupun polong yang patah akibat
panen yang kurang baik, semuanya kita pisahkan. Polong-polong yang demikian
hanya akan mengurangi nilai pasar dan nilai beli dari komoditi tersebut.
Proses sortasi ini biasanya dilakukan ditempat-tempat pengumpulan yang
diletakkan tidak jauh dari lahan pertanian. Tempat dilakukannya sortasi ini
harus cukup terlindung, supaya hasil yang baru dipanen tidak lekas menjadi
layu.
III.
KESIMPULAN
Adapu
kesimpilan adalah sebagi berikut :
1. Tanaman
buncis adalah tanaman yang mudah dilakukan dalam perawatannya sehingga tidak
memerlukan biaya yang banyak untuk melakukan budidayanya.
2. Tanaman
buncis tidak memerlukan perlakuan khusus baik segi syarat tumbuh dan kegiatan
teknis.
0 Response to "BUDIDAYA BUNCIS"
Post a Comment