BUDIDAYA BAWANG MERAH

                                   I.            PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan Jawa Timur yang  sangat fluktuatif  harga maupun produksinya.  Hal ini terjadi karena pasokan produksi yang tidak seimbang antara panenan pada musimnya serta panenan di luar musim, salah satu diantaranya disebabkan tingginya intensitas serangan hama dan penyakit terutama bila penanaman dilakukan di luar musim.  Selain itu bawang merah merupakan komoditas yang tidak dapat disimpan lama, hanya bertahan 3-4 bulan padahal konsumen membutuhkannya setiap saat.
Masalah utama usahatani bawang merah di luar musim adalah tingginya resiko kegagalan panen karena lingkungan yang kurang menguntungkan , terutama serangan hama dan penyakit.  Hama dan penyakit penting pada bawang merah antara lain : ulat bawang (Spodoptera exigua) dan Thrips , sedangkan penyakitnya meliputi antraknose, fusarium dan trotol.
Keberadaan hama dan penyakit tersebut menyebabkan petani menggunakan pestisida secara berlebihan karena petani beranggapan bahwa keberhasilan usahatani ditentukan oleh keberhasilan pengendalian hama dan penyakit, yaitu dengan meningkatkan takaran, frekuensi dan komposisi jenis campuran pestisida yang digunakan.  Akibatnya biaya usatani bawang merah semakin tinggi dan keuntungan yang diperoleh tidak seimbang serta  tidak memperhatikan konsep pertanian ramah lingkungan. Dampak lain penggunaan pestisida yang berlebihan yaitu ledakan dari hama sekunder.
Untuk mengantisipasi masalah di atas salah satu usaha yaitu mencari dan menggali varietas-varietas bawang merah yang mempunyai sifat-sifat unggul terutama dalam hal produksi serta ketahanan terhadap hama dan penyakit utama sehingga varietas bawang merah tersebut mampu berproduksi walaupun serangan hama dan penyakit cukup berat. Bilamana varietas unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit diperoleh maka varietas tersebut dapat ditanam pada luar musim sehingga kesinambungan produksi bawang merah dapat terjamin.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan adalah sebagi berikut :
1.      Untuk menjadi petunjuk bagi pelaku utama dalam melaksanakan budidaya bawang merah
2.      Untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya.

                                         II.            BUDIDAYA BAWANG MERAH
2.1 Syarat Tumbuh
Bawang merah akan tumbuh dengan baik bila ditanam pada tanah sawah atau tegalan dengan tekstur sedang sampai liat. Selain itu tempat pertumbuhan bawang merah yang baik bisa juga di tanam pada jenis tanah Alluvial yang memiliki pH 5.6 - 6.5, dengan ketinggian 0-400 mdpl, dan kelembaban 50-70 %, serta suhu 25-32 drajat C.
2.2 Pemulihat Bibit
Adapun persyaratan bibit bawang merah yang baik antara lain : Umur simpan bibit telah memenuhi , yaitu sekitar 3-4 bulan, walaupun untuk umur simpan yang lebih muda bibit tetap tumbuh namun pada pertumbuhan berikutnya akan lebih rendah hasilnya dibandingkan bibit yang telah siap tanam (telah cukup umur simpannya) Umur panen saat calon umbi bibit ditanam di lapang  , untuk varietas Bauji maupun Super Philip sebaiknya 65 – 70 har Ukuran bibit sedang , sekitar 5-6 gram .  Penggunaan bibit yang berukuran terlalu besar akan meningkatkan biaya karena kebutuhan bibit semakin banyak.Kebutuhan bibit setiap hektar berkisar 800 – 1000 kg , tergantung dari besarnya bibit. Dan biaya untuk pembelian bibit sekitar separo dari seluruh biaya produksi.
Umbi bibit berwarna merah cerah, dengan kulit mengkilat, Umbi bibit bernas , sehat, padat , tidak keropos dan tidak lunak.  Bila ada umbi bibit yang tidak mempunyai sifat demikian sebaiknya tidak digunakan sebagai bibit. Umbi bibit tidak terserang hama dan penyakit. Sebelum ditanam, umbi bibit dibersihkan dulu dari kulit-kulit yang kering dan bila pertunasan belum kelihatan diujung umbi, maka sebaiknya ujung umbi dipotong 1/3 agar mempercepat  munculnya tunas
2.3Persiapan lahan
Bawang merah  membutuhkan kondisi tanah yang lebih gembur dibanding tanaman sayuran lainnya .  Oleh karenanya pengolahan tanah pada bawang merah dilakukan sampai beberapa kali hingga tanah benar-benar menjadi gembur.  Bila tanah yang digunakan merupakan tanah bekas ditanami jagung maupun tebu, maka sisa tanaman tersebut harus dibersihkan hingga akar-akarnya supaya tidak mengganggu pertumbuhan bawang merah. Dapat juga menggunakan herbisida sebelum tanah di olah untuk mematikan rumput dan gulma lainnya ,seperti Goal maupun Roundup yang diberikan dua minggu sebelum tanah diolah. Tanah diolah dengan cara dibajak lebih dari 4 kali hingga tanah menjadi gembur dan tanah dikeringkan lebih dari seminggu .Kemudian tanah dihaluskan lagi, setelah halus dapat dibuat bedengan dengan ukuran .Untuk musim kemarau : tinggi bedengan 25 cm, kedalaman parit 30-40 cm , lebar parit 50 cm. Untuk musim hujan      : tinggi bedengan 40 cm, kedalaman parit  50 cm , lebar parit 50 cm.
Pada budidaya bawang merah sangat diperlukan pembentukan bedengan, dimana adanya bedengan berfungsi agar tanaman bawang merah tidak selalu tergenang air , dan air yang disiramkan segera habis terserap.  Setelah bedengan terbentuk, maka ditaburi pupuk kotoran ternak (pupuk kandang ) yang sudah benar-benar matang, ditandai dengan kotoran ternak sudah seperti tanah yang gembur.  Dosis untuk kotoran ayam sebanyak 5 ton/ha, sedangkan untuk kotoran sapi maupun kambing sekitar 10-15 ton/ha.  Namun dosis ini bisa menjadi lebih banyak maupun lebih sedikit tergantung dari kesuburan tanah.               
Pupuk kandang yang diberikan bersamaan dengan pembuatan bedengan merupakan perlakuan pemberian pupuk dasar   .  Selain itu diberikan juga pupuk SP 36 dengan dosis 200 kg/ha swebagai pupuk dasar , yang ditaburkan merata pada seluruh permukaan bedengan.  Pupuk kandang maupun SP 36 diberikan seminggu sebelum tanam. Setelah tanah dipupuk maka tanah diairi agar pupuk dapat meresap ke dalam tanah.
2.4Penanaman
Musim tanam optimal untuk bawang merah yaitu pada akhir musim hujan  bulan Maret – April dan musim kemarau Mei – Juni, tetapi di daerah pusat produksi dapat dijumpai penanaman bawang merah tanpa mengenal musim,  Untuk penanaman di luar musim (off season) perlu memperhatikan pengendalian hama dan penyakit lebih cermat.
Penanaman dilakukan setelah tanah dan bibit sudah dipersiapkan, dimana sebelum dilakukan penanaman tanah harus diari agar saat penanaman kondisi tanah gembur  Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa bibit sebelum ditanam lebih baik dibersihkan dan diseleksi terlebih dulu agar pertumbuhan tanaman menjadi baik.  Bila tidak diseleksi ditakutkan tercampurnya bibit yang jelek karena terserang penyakit seperti Fusarium , maka akan mengakibatkan pertanaman hancur karena Fusarium tersebut. Pembersihan bibit dilakukan sehari sebelum ditanam serta ujung bibit sudah dipotong , dan esoknya dapat dilakukan penanaman.
Untuk mempercepat proses penanaman, maka sebaiknya bedengan  yang akan ditanami sudah digariti sesuai dengan jarak tanam yang digunakan , sehingga penanaman lebih mudah dilaksanakan.  Jarak tanam yang dianjurkan yaitu 20 cm x 15 cm, namun bila umbi bibit besar maka dapat menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm.  Penanaman dilakukan dengan cara menanam 2/3 bagian umbi ke dalam tanah, sedangkan 1/3 bagiannya muncul di atas tanah.
2.5Pengairan
Bawang merah membutuhkan air dalam kondisi yang cukup sejak pertumbuhan awal hingga menjelang panen.  Air yang diberikan pada tanaman walaupun dengan cara penggenangan/leb, namun harus segera meresap ke dalam tanah.  Bila tidak demikian maka tanaman akan menjadi busuk dan sebagai sumber penyakit.  Oleh karena itu pembuatan bedengan sangat diperlukan pada budidaya bawang merah .  Hal ini berhubunga sifat tanaman bawang merah yang membentuk umbi di dalam tanah sehingga air yang terlalu banyak akan membuat umbi menjadi busuk .
Pada musim kemarau , pengairan dapat diberikan setiap hari sejak tanaman ditanam hingga tanaman membentuk umbi dan dikurangi setelah umbi terbentuk.  Namun walaupun musim kemarau , bila kondisi tanah setelah diairi dan selang dua hari tanah masih basah, maka tanaman tidak perlu diairi.  Oleh karena itu dituntut kepekaan petani dalam mengamati kebutuhan air bagi tanamannya.
Untuk musim hujan pengairan yang dibutuhkan lebih sedikit yaitu selang dua hari sekali.  Seperti di atas maka yang penting melihat kondisi kelembaban tanah, bila tanah masih lembab sebaiknya tidak perlu diairi.  Yang penting diamati yaitu setelah turun hujan, sebaiknya tanaman bawang merah disirami dengan air bersih yang tujuannya untuk menghilangkan inokulum dari penyakit yang kemungkinan menempel di daun.
Cara pengairan dapat dilakukan dengan penggenangan/leb maupun denan cara disiram/disirat.  Kedua cara tersebut sebenarnya mempunyai kelebihan dan kekurangan.  Untuk cara leb sebaiknya dilakukan pada kondisi tanah yang porous, sehingga air yang tergenang cepat habis (tuntas), walaupun cara ini membutuhkan waktu yang lebih pendek dibandingkan cara disiram.  Sedangkan cara siram membutuhkan tenaga lebih banyak dan waktu lebih lama.  Namun di daerah tertentu kedua cara tersebut juga dilakukan bersamaan .
2.2  Pemupukan
Pemupukan pada bawang merah sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan produksi umbi yang lebih baik.  Namun pemupukan tidak perlu diberikan secara berlebihan karena pupuk malahan akan terbuang dengan percuma. Seperti misalnya setelah tanaman membentuk umbi, maka sebaiknya pemupukan dihentikan.  Terkadang ada petani yang tetap memberikan pupuk walaupun tanaman telah berumur diatas 4- hari, dan ini hanya membuang pupuk dengan sia-sia. 
Dosis pupuk sebenarnya bukan merupakan patokan yang harus ditepati, karena memupuk suatu tanaman akan berbeda pada setiap kondisi kesuburan tanah yang berbeda.   Namun dosis pupuk yang dapat dianjurkan pada jenis tanah aluvial, seperti daerah Banyuanyar, Probolinggo maupun Sidokare-Rejoso, Nganjuk seperti berikut. Pupuk dasar menggunakan 10 t/ha pupuk kandang dan SP 36 200 kg/ha yang diberikan 7 hari sebelum tanam.  Sedangkan pemupukan berikutnya menggunakan pupuk urea 200 kg/ha, ZA 450 kg/ha dan KCl 200 kg/ha yang diberikan separo-separo pada saat tanaman berumur 15 hari dan 30 hari setelah tanam. Cara pemupukan dengan meletakkan pada larikan di sekitar tanaman, kemudian ditutup dengan tanah.
Pemberian pupuk pelengkap yang banyak beredar di pasar sebenarnya kurang bermanfaat bagi peningkatan pertumbuhan dan produksi bawang merah.  Namun pupuk pelengkap tersebut hanya sebagai tambahan nutrisi pelengkap karena pada umumnya mengandung unsur mikro.  Untuk tanaman bawang merah, unsur mikro kurang diperlukan karena tanaman bawang merah berumur pendek yaitu sekitar 60-70 hari.  Sedangkan unsur mikro proses pelarutannya dan penyerapannya ke dalam tanaman lama sehingga lebih sesuai bagi tanaman sayuran yang berumur panjang seperti cabai atau tomat.
2.6 Pengendalian gulma
Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang menyebabkan tanaman utama terganggu pertumbuhannya.  Untuk tanaman bawang merah yang umbinya terbentuk di dalam tanah maka kehadiran guilma sangat mengganggu karena pembersihan gulma harus hati-hati dan ditakutkan mengenai dan mengganggu umbinya. Pembersihan gulma dilakukan dengan cara menyiang dengan intensif sesuai dengan kondisi gulma yang ada dengan cara mencabut gulma sampai terangkat akar-akarnya serta menggunakan herbisida pra tumbuh dengan dosis sesuai anjuran.
Cara membersihkan dan mencabut gulma harus hati-hati supaya tidak mengganggu tanaman bawang merah apalagi bila sudah berumbi.  Pembersihan biasanya menggunakan alat seperti sosrok bambu kecil sehingga gulma dapat terangkat sampai ke akarnya.  Bila tanaman sudah membentuk umbi yang agak besar maka sebaiknya pengendalian gulma dihentikan.
2.7Pengendalian Hama dan Penyakit
ü  Hama Ulat Bawang
Ulat Spodoptera exigua dijumpai hampir pada setiap umur tanaman bawang merah. Ulat berukuran panjang sampai + 25 mm, berwarna hijau atau coklat dengan garis tengah berwarna kuning. Serangga dewasa meletakkan telur pada daun bawang merah dan gulma yang tumbuh disekitarnya. Siklus hidup hama ini sempurna yaitu telur, larva, pupa dan imago yang berupa ngengat (Duriat, dkk., 1994). Pada saat awal pertumbuhan bawang merah, biasanya dijumpai kelompok telur dan larva stadia awal (instar 1 atau 2). Populasi ini akan terus meningkat mulai tanaman berumur 2 minggu sampai tanaman  di panen. Fye dan Mc Ada (1972) dalam Smits (1987), lamanya daur hidup ulat sangat tergantung pada temperatur. Temperatur yang makin tinggi akan memperpendek lamanya stadia telur, larva, pupa dan ngengat. Periode ngengat berkisar antara 10 – 20 hari. Setiap individu betina dapat bertelur antara 500 – 600 butir. Setelah 2 – 6 hari telur menetas, larva membuat lubang pada permukaan daun kemudian masuk ke bagian dalam  daun. Larva mempunyai 5 – 6 stadia dengan kisaran umur 8,20 – 18,70 hari. Fase pupa  berkisar 5,10 – 7,70 hari. Pada bulan Agustus – Oktober, kemampuan ngengat untuk bertelur lebih tinggi (Sutarya , 1996).
Ulat menyerang tanaman dengan cara memakan daun bagian dalam, daun bawang merah tinggal epidermisnya saja, sehingga pada daun terlihat bercak-bercak putih transparan. Serangan hama ini kerusakan dapat  menyebabkan kehilangan hasil 56,94 – 57 % (Dibyantoro, 1993; Sastrosiswoyo, 1994), bahkan pada daerah Kab. Probolinggo pada saat tanam bulan Agustus dapat menyebabkan kerusakan 100 % sehingga menyebabkan puso ( Rosmahani dkk., 2001)
Hama ini termasuk hama yang menyerang banyak spesies tanaman inang.  Menurut Smits (1987), hama ini mempunyai lebih dari 200 spesies tanaman inang yang termasuk dalam  lebih dari 40 famili yang berbeda, namun tanaman inang yang utama adalah keluarga bawang-bawangan, cabai merah dan jagung (Duriat dkk., 1994).
Kondisi Pengendalian Saat Ini
Pola tanam yang umum dikerjakan oleh petani bawang terutama dilahan irigasi, adalah padi – bawang merah – bawang merah – bawang merah atau padi – bawang merah – cabai merah – bawang merah.  Padi ditanam pada musim penghujan. Waktu yang dipilih untuk merotasi tanah dengan tanaman padi tidak serentak. Sejak akhir musim penghujan sampai dengan pertengahan musim penghujan berikutnya petani menanam bawang merah pada lahannya atau kadang-kadang di sela dengan tanaman jagung. Pola tanam demikian merupakan pola tanam yang tidak memutus siklus hidup hama S. exigua. Keadaan ini menyebabkan tersedianya semua stadia pertumbuhan bawang merah serta tersedianya inokulum hama ulat S. exigua. dalam areal yang luas di lapangan.
Penggunaan insektisida untuk mengendalikan hama ulat S. exigua masih menjadi andalan utama para petani, sehingga insektisida menjadi jaminan utama untuk keberhasilan usahatani. Menurut Stallen dkk.(1990) di sentra produksi bawang merah, petani umumya mengendalikan ulat dengan menggunakan insektisida yang beredar di pasaran dengan frekuensi dan dosis yang cukup tinggi. Volume larutan insektisida yang digunakan pada setiap aplikasi berkisar 560 – 1.588 liter per ha. Petani melakukan penyemprotan secara berkala 3 – 4 hari sekali, sehingga dalam satu musim tanam melakukan penyemprotan 15 – 20 kali (Dibyantoro, 1995), bahkan pada musim tanam bulan Agustus interval penyemprotan meningkat menjadi 1 – 2 hari sekali, sehingga dalam satu musim tanam dapat mencapai 50 kali aplikasi insektisisda (Rosmahani dkk., 1998). Jika udara panas terus menerus, maka pengendalian ulat dengan  cara mekanis ( mengambil dan membuang kelompok telur maupun ulat) dan dengan cara aplikasi insektisida (interval 1 –2 hari sekali) tetap tidak dapat mengendalikan populasi ulat  S. exigua yang meningkat cepat dalam waktu satu minggu dapat menyebabkan tanaman bawang merah puso (Rosmahani  dkk., 2001)
Alternatif Pengendalian Secara Fisik
Sampai saat ini telah banyak hasil penelitian yang menyajikan komponen –komponen pengendalian yang dapat dirakit dalam satu pengendalian secara PHT. diantaranya adalah penerapan budidaya tanaman sehat, pergiliran tanaman, penanaman serentak, pengendalian secara mekanis, penggunaan seks feromon, penggunaan alat semprot yang tepat, pengendalian secara hayati. Namun jika lingkungan sudah kurang sesuai bagi pertanaman bawang merah, terutama pada saat tanam bulan Agustus, yang pada saat tersebut temperatur udara sangat panas ( diatas 29 ° C), tidak ada curah hujan, sumber infeksi hama sudah tersedia di sekitar pertanaman karena sudah ada pertanaman sejak awal musim kemarau, populasi hama dapat meningkat dengan sangat cepat dalam waktu 1-2 hari diperlukan alternatif komponen pengendalian yang lain.  Komponen pengendalian yang harus disertakan adalah pengendalian fisik dengan jalan memberikan kerodong kasa (Gambar 1.) pada seluruh tanaman dengan tinggi kerodong 175 cm, yang dipasang sejak sebelum bibit bawang merah ditanam sampai saat panen. Pada keadaan ini petani masih dapat masuk kedalam lerodong kasa untuk melakukan aktivitas pemeliharaan tanamannya a.l.: tanam, aplikasi herbisida, penyiangan, penyiraman, monitoring serangan hama, pengendalian  hama ulat secara mekanis dan panen.
ü  Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)
 Gejala serangan, tanaman kurus kekuningan dan busuk bagian pangkal, Tanaman mudah tercabut karena pertumbuhan akar terganggu dan membusuk. Tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. Pencegahan di daerah endemis Fusarium, perlu perlindungan bibit dengan menaburkan fungisisda dosis 100 gram/100 kg bibit yang diberikan dua tau tiga hari sebelum tanam. Di daerah endemis sebelum tanam, tanah yang sudah diolah diberi fungisida seperti Fapam sebanyak 2 cc/l, untuk mematikan patogen dan Fusarium 
ü  Penyakit Becak Ungu /Trotol (Alternaria porri)
Gejala awal serangan pada daun menimbulkan bercak berukuran kecil, berwarna putih dengan pusat berwarna ungu, Ujung daun mengering bahkan daun dapat patah, Bila tanaman terkena hujan atau embun, segera disiram air bersih untuk mengurangi penularan spora penyakit yang menempel pada daun, Pengendalian dengan menggunakan fungisida selektif dengan dosis sesuai anjuran, bila intensitas serangan mencapai 5 % tanaman terserang perlu, Yang perlu diperhatikan dalam pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida yaitu :Memilih pestisida yang tepat , sesuai target hama atau target penyakit, Jangan menggunakan pestisida lebih dari 1 macam pada satu waktu penyemprotan, Gunakan beberapa macam pestisida secara bergantian , agar hama dan penyakit tidak kebal terhadap satu macam pestisida, Jangan menggunakan dosis yang berlebihan karena tidak efektif dan akan menambah biaya produksi, Waktu penyemprotan agar diperhatikan , sebaiknya sebelum matahari terbit atau sore hari. Cara penyemprotan tepat mengenai sasaran serta searah dengan angin 
2.8Panen dan Pasca Panen
Umur panen tergantung varietas, namun dapat menggunakan dasar :                 untuk konsumsi  : 50-60 hari setelah tanam (di dataran rendah) 70-75 hari setelah tanam (di dataran tinggi _kerebahan daun 70-80 %, untuk umbi bibit :  65-70 hari setelah tanam (di dataran rendah) , 80-90 hari setelah tanam (di dataran tinggi kerebahan daun 90 %. Waktu panen udara cerah dan tidaj basah, Keseluruhan daun tampak menguning, Sebagian umbi nampak tersembul keluar.  berarti sudah mencapai kering askip. Penyimpanan bawang merah dapat dilakukan di atas perapian , menggunakan para-para bambu dan di bawahnya diberi pengasapan. Penyimpanan di ruang berventilasi sangat baik karena mempunyai sirkulasi udara yang baik dan dapat mencegah serangan hama dan penyakit seperti rumah sere dan gudang berpembangkit vorteks (mengubah aliran udara jenuh dalam gudang, dengan menghembus ke atas keluar gudang dan digantikan udara luar yang lebih bersih oleh adanya vorteks).. Sortasi dilakukan untuk memisahkan umbi yang sehat , utuh dan menarik dengan umbi yang telah rusak.  Sortasi dapat meningkatkan nilai jual dan mencegah penularan penyakit. Grading dilakukan untuk menentukan tingkat mutu produk, sehingga harga dapat ditentukan sesuai mutunya.  Grading dilakukan dalam beberapa kelas yaitu kelas I diameter > 2,5 cm, kelas II =1,5-2,5 cm , kelas III < 1,5 cm
                                                                           III.            KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dalah sebagai berikut :
1.      Tanaman bawang merah adalah tanaman umbi-umbian  teknis budidayanya sangat praktis dan mudah dipahami oleh pelaku utman.
2.      Tanaman bawang merah adalah tanaman yang dapat rentan dengan penyakit sehingga harus slalu memperhatikan kelembaban lingkungan.


Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to " BUDIDAYA BAWANG MERAH"

Post a Comment