Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus (Rigi-doporus
lignosus). Penyakit ini mengakibatkan
kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi
mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit
tampak benang-benang jamur berwarna putih
dan agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah
mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada
serangan berat,akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan
mati.
Kematian tanaman
sering merambat pada tanaman tetangganya.
Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat
ke tunggul-tunggul, sisa akar tanaman atau
perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada
tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak
tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir. Pengobatan
tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan
keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan
hanya mencapai di bawah 80%. Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran
yang dianjurkan adalah :
Pengolesan : Calixin CP,
Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC. Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan
Triko SP+ Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown Bast) Penyakit
kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak
mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering, terlebih jika disertai dengan
penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Adanya kekeringan alur sadap
mula-mula ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur
sadap. Kemudian dalam beberapa minggu
saja kese-luruhan alur sadap ini kering tidak me-ngeluarkan lateks. Bagian yang
kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena pada bagian ini terbentuk
gum (blendok).
Kekeringan kulit
tersebut dapat meluas ke kulit lainnya yang seumur, tetapi tidak meluas dari
kulit perawan ke kulit pulihan atau sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan
penyakit ini adalah terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau
tonjolan pada batang tanaman.
Pengendalian penyakit ini
dilakukan dengan: Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian Ethepon
terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur sadap yaitu BPM 1, PB 235,
PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100.
Bila terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks
yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap sampai
10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya dari 1/2S d/2
menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon dikurangi atau
dihentikan untuk mencegah agar pohon-pohon lainnya tidak mengalami kering alur
sadap.
Pengerokan kulit
yang kering sampai batas 3-4 mm dari
kambium dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok
dioles dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali
satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan
NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah
masuknya kumbang penggerek . Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang
kering atau di panel lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau
1/2S d/4). Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur
sadap. Pohon yang mengalami kekeringan
alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat
pemulihan kulit.
0 Response to "Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)"
Post a Comment