zikrapertanian-Tanaman tebu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan yang
mempunyai nama inggris Sugar Cane. Tebu merupakan tanaman untuk bahan baku
pembuatan gula yang kita gunakan untuk kebutuhan setiap hari seperti untuk membuat
teh, kopi, kue, dan masih banyak lagi kagunaan gula untuk kehidupan
sehari-hari. Tanaman tebu sendiri
cendrung membutuhkan waktu yang cukup lama untuk panen yaitu kurang lebih 1
tahun. Kebutuhan gula yang terus meningkat seharusnya di imbangi dengan
budidaya tanaman tebu yang berkulitas agar bahan baku pembuatan gula tidak
kekurangan. Di Indonesia sendiri, tebu banyak di budidayakan di daerah Sumatra
dan jawa.
Jika kita mempunyai lahan yang luas dan ingin membudidayakan
tanaman tebu, kita harus tahu cara budidaya tebu yang baik dan berkualitas. Dan
tanpa di sadari prospek budidaya tanaman tebu ini sangat cerah, karena apa?
Gula merupakan kebutuhan primer yang notabene digunakan setiap hari, jadi
tanaman tebu ini pasti akan laku dan harganya pun di jamin naik dari tahun ke
tahun, bagaimana bukankah prospek bisnis yang menjanjikan?
Jika anda berminat dalam membudidayakan tanaman tebu ini,
berikut ulasan singkat tentang cara budidaya tebu yang berkualitas yang harus anda ketahui. Di mulai dari point
penting sebelum menanam tanaman tebu, diantaranya:
Poin
penting sebelum budidaya tanaman tebu:
Membudidayakan
tanaman tebu yang berkulitas, sangat tergantung dari cuaca dan iklim. Jadi
iklim dan cuaca apa yang pas untuk menanam tebu? Tebu akan tumbuh dengan baik
di daerah yng mempunyai iklim panas, Indonesia sendiri mempunyai iklim yang
cendrung panas yaitu berkisar antara 26-28 derajat celcius. Namun derah yang
paling baik adalah mempunyai curah hujan antara 100 mm/tahunnya
STRUKTUR
TANAH.
Keadaan
tanah juga sangat penting untuk di perhatikan, berikut adalah jenis tanah yang
cocok untuk menanam tebu: regosol,podsolik,alvial dan mediteran. Tanah yang
bagus untuk tanaman tebu juga harus mempunyai Ph antara 6,5-7,5 (keadaan asam
yang netral). Hal ini penting dalam budidaya tanaman tebu agar menghasilkan
panen yang berkualitas
CARA
BUDIDAYA TEBU BERKUALITAS
MEMPERSIAPKAN
LAHAN.
Dalam
pembuatan lahan tebu ada 2 cara:
Di
bajak: yaitu dengan cara membajak lahan dalam keadaan kering dan kemudian di
buat alur-alur untuk menanam bibit tebu sedalam 20 cm.
Reynoso:
yaitu dengan cara membuat lahan tebu dengan mengolah pada area yang akan di
Tanami tebu dengan membuat lubang sedalam 40 cm berbentuk cekungan. Ini di
gunakan untuk daerah yang tanahnya mengandung banyak air.
MEMILIH
BIBIT TEBU.
Memilih
bibit tebu dapat di lakukan dengan 4 cara:
Bibit
batang muda: bibit tebu yang berasal dari tanaman tebu yang sudah berumur 5-7
bulan dan diambil seluruh batangnya kemudian di bagi 2-3 batang untuk setiap steknya.
Bibit
rayungan: bibit yang berasal dari tebu yang memang khusus untuk di
budidayakan,.
Bibit
siwilan: bibit yang diambil dari pucuk tanaman tebu yang sudah mati.
Bibit
pucuk: bibit yang diambil dari pucuk tanaman tebu yang sudah berumur 12 bulan.
CARA
PENANAMAN
Ada
2 cara penanaman tanaman tebu menurut lahan.:
Daerah
kering: cara penanaman tanaman tebu untuk daerah kering yang paling bagus
adalah menggunakan stek yang mempunyai 7-8 mata tunas, dengan jarak kira-kira
1m setiap stek.
Daerah
basah: cara penanaman tebu pada daerah basah yang baik adalah menggunakan
system tumpang tindih(bersentuh ujung) dengan stek 3-4 mata tunas.
PENYIRAMAN
Proses
ini adalah cara pertama dalam pemeliharaan tanaman tebu, lakukan penyiraman
tanaman tebu dengan melihat kondisi tanah dan iklim. Dan yang paling penting
adalah penyiraman dilakukan setelah proses pemukan yaitu 3 hari setelah poses
pemupukan berlangsung.
PENYULAMAN
Dalam
proses ini dapat di lakukan setelah tanaman tebu berumur 3-4 minggu, yaitu
mengganti bibit yang tidak tumbuh dan menggantinya dengan bibit yang baru.
PENYIANGAN.
Dalam
proses ini, anda dapat melakukan dengan cara mencankul gulma yang ada di
sekitar tanaman tebu, namun pada daerah kering pasti akan sangat banyak tanaman
gulma yang berada di sekitar tanaman tebu, cara mengatasinya adalah dengan
menggunakan herbisida( karmex, gesapax,
amexon, sanvit dan gramoxon)
PEMUPUKAN.
Proses
pemupukan tanaman tebu dapat menggunakan pedoman P3GI. Adapun pupuk yang baik
untuk tanaman tebu antara lain: ZA, SP36, KCL. Sebaiknya pemupukan di lakukan
secara teratur dan sesuai kebutuhan tanaman tebu.
PENANGGULANGAN
HAMA .
Untuk
mencegah hama sebelum menanam tebu di perlukan bibit variates yang tahan hama.
Walaupun begitu Penanggulangan hama sangat di perhatikan, contoh yang sering
menyerang tanaman tebu saat pembibitan adalah ulat pengerek. Untuk mengatasinya
yaitu dengan menyemprotkan Thiodan 35 EC pada bibit tanaman.
PEMANENAN.
Cara
memanen tanaman tebu adalah dengan mencangkul
pada area tanam sedalam 20 cm,
dan jika lahan ingin di tumbuhkan kembali sisakan 3 ruas , jika lahan ingin di
kosongkan , cabut tebu higga akar. Bersihkan pucuk tebu dan ambil batangnya,
ikat batang tebu dengan jumlah 30-40 batang/ikatan. Waktu memanen tebu yang
bagus sebaiknya di lakukan pada bulan april-oktober, yaitu pada musim panas.
Tebu
(Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman ini
hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis
rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang
lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan
Sumatera.
Bentuk
fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri sekitar
pelepah dan helai daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung varietas.
Jika disentuh akan menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang menjadi salah
satu penyebab kurang berminatnya petani berbudidaya tebu jika masih ada
alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung
lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter batang antara 2-4
cm.
Tebu
merupakan tumbuhan monokotil dari famili rumput-rumputan (Gramineae), Batang
tanaman tebu memiliki memiliki anakan tunas dari pangkal batang yang membentuk
rumpun. Tanaman ini memerlukan waktu musim tanam sepanjang 11- 12 bulan.
Tanaman ini berasal dari daerah tropis basah sebagai tanaman liar.
Tabel
2 Klasifikasi Tanaman Tebu
Divisio
Spermatophyta
Subdivisio
Angiospermae
Kelas
Monocotyledoneae
Ordo
Graminalis
Familia
Gramineae
Genus
Saccharum
Spesies
Saccharum
officinarum
Daun
Tanaman tebu yang matang memiliki total rata-rata atas permukaan daun sekitar
0,5 persegi, tergantung pada keragaman dan kondisi pertumbuhan
Sebuah
penampang daun menunjukkan tiga jaringan utama:
1)
Kulit, 2) mesofil, dan 3) Vena
Pisau
bersama adalah tempat di mana dua daerah berbentuk baji yang disebut “dewlaps”
Selubung
daun mirip dengan struktur dan fungsi daun pisau.
The
ligule adalah tambahan membran bagian dalam selubung yang memisahkan selubung
dari daun pisau.
Auricles
adalah pelengkap berbentuk telinga yang terletak di bagian atas selubung
margin.
Daun
pubertas adalah meliputi berbagai bagian daun dengan rambut pendek.
Sistem
Akar
Fungsi
sistem akar adalah:
–
memberikan asupan air dan nutrisi dari tanah
– untuk jangkar tanaman.
Dua
jenis akar akan berkembang dari benih.Himpunan akar, yang timbul dari akar
band, yang tipis dan sangat bercabang; tunas akar, yang berasal dari band-band
akar lebih rendah dari tunas, tebal, berdaging dan kurang bercabang.
Syarat
Tumbuh Tanaman Tebu
a. Kesesuaian Iklim
Tanaman
tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah tropik dan
subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35o LS dan 39o
LU. Unsur – unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah
hujan, sinar matahari, angin, suhu, dan kelembaban udara.
b. Curah Hujan
Tanaman
tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan vegetatifnya, namun
menghendaki keadaan kering menjelang berakhirnya masa petumbuhan vegetatif agar
proses pemasakan (pembentukan gula) dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan
kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan
yang diperlukan adalah 200 mm per bulan selama 5 – 6 bulan berturutan, 2 bulan
transisi dengan curah hujan 125 mm per bulan, dan 4 – 5 bulan berturutan dengan
curah hujan kurang dari 75 mm tiap bulannya. Daerah dataran rendah dengan curah
hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan
pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan
tanaman tebu.
c. Sinar Matahari
Radiasi sinar matahari sangat
diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan dan terutama untuk proses fotosintesis
yang menghasilkan gula. Jumlah curah hujan dan penyebarannya di suatu daerah
akan menentukan besarnya intensitas radiasi sinar matahari. Cuaca berawan pada
siang maupun malam hari bisa menghambat pembentukan gula. Pada siang hari,
cuaca berawan menghambat proses fotosintesis, sedangkan pada malam hari
menyebabkan naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi gula karena
meningkatnya proses pernafasan.
d. Angin
Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam
adalah baik bagi pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan suhu dan kadar CO2 di
sekitar tajuk tebu sehingga fotosintesis tetap berlangsung dengan baik.
Kecepatan angin yang lebih dari 10 km/jam disertai hujan lebat, bisa
menyebabkan robohnya tanaman tebu yang sudah tinggi.
e. Suhu
Suhu
sangat menentukan kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab suhu terutama
mempengaruhi pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini. Suhu siang hari
yang hangat atau panas dan suhu malam hari yang rendah diperlukan untuk proses
penimbunan sukrosa pada batang tebu. Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu
berkisar antara 24 – 30 oC, beda suhu musiman tidak lebih dari 6o, dan beda
suhu siang dan malam hari tidak lebih dari 100.
f. Kelembaban Udara
Kelembaban udara tidak banyak
berpengaruh pada pertumbuhan tebu asalkan kadar air cukup tersedia di dalam
tanah, optimumnya < 80%.
g. Kesesuaian Lahan
Tanah merupakan faktor fisik yang
terpenting bagi pertumbuhan tebu. Tanaman tebu dapat tumbuh dalam berbagai
jenis tanah, namun tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah yang
dapat menjamin kecukupan air yang optimal. Tanah yang baik untuk tebu adalah
tanah dengan solum dalam (>60 cm), lempung, baik yang berpasir dan lempung
liat. Derajat keasaman (pH) tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tebu
berkisar antara 5,5 – 7,0. Tanah dengan pH di bawah 5,5 kurang baik bagi
tanaman tebu karena dengan keadaan lingkungan tersebut sistem perakaran tidak
dapat menyerap air maupun unsur hara dengan baik, sedangkan tanah dengan pH
tinggi (di atas 7,0) sering mengalami kekurangan unsur P karena mengendap
sebagai kapur fosfat, dan tanaman tebu akan mengalami “chlorosis” daunnya
karena unsur Fe yang diperlukan untuk pembentukan daun tidak cukup tersedia.
Tanaman tebu sangat tidak menghendaki tanah dengan kandungan Cl tinggi.
Daur
kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase, yaitu :
1. Perkecambahan
Dimulai
dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri
pada fase kecambah pada umur 5 minggu.
2. Pertunasan
Dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.
3. Pemanjangan Batang
Dimulai
dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.
4. Kemasakan
Merupakan fase yang terjadi setelah
pertumbuhan vegetatif menurun dan sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula
di dalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal hingga
berangsur-angsur menurun. Fase ini disebut juga fase penimbunan rendemen gula.
5. Kematian
Tujuh
varietas tebu unggul harapan yang diperkenalkan dinas perkebunan dapat dipakai
sebagai alternatif pendamping mengungguli varietas lama yang masih
dipertahankan yaitu PS 84-16029, PS 86-17079, PS 86-8680, PS 89-19137, PS 89-22513,
PS 90-13156 dan PS90-9704.
Persiapan
Lahan
Sebelum
penanaman tebu lahan konversi dan lahan rotasi pola T/B terlebih dahulu diolah
tanahnya untuk menjamin perkecambahan yang tinggi :
1. Untuk areal baru terlebih dahulu
dilakukan pembabatan rumput kemudian rerumputan dibakar, ini dilakukan ± 2
bulan sebulan tanam.
2. Untuk areal konversi, sesudah selesai
tebangan tebu ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plane cane),
biasanya hanya sampai ratoon III, segera dilakukan pembakaran lahan (klaras),
baru dilakukan pengolahan tanah.
3. Untuk areal rotasi eks tembakau, selesai
panen (kutip daun terakhir), dibersihkan lahan lalu dilakukan pengolahan tanah.
Pengolahan
tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan, penggemburan dan pembuatan
juringan. Dengan demikian perkecambahan tebu berjalan normal.
1. Pembajakan (plowing) Adalah upaya
pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam batas olah tanah,
membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk menghancurkan
sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada Biasanya hasil pembajakan berupa
tanah bongkahan yang masih cukup besar.
2. Penggemburan (harrowing) Adalah upaya
memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar menjadi lebih kecil.
Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih banyak dan lebih remah
sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan yang diinginkan
Pembibitan
Bibit
merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu giling. Bibit
yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik dan sehat pula.
Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit yang kurang
baik. Bibit bisa didapatkan dari :
a. Bibit pucuk
Bibit
ini berasal dari pucuk batang tebu giling. Untuk keperluan ini, dipilih tebu
yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis tebu
lain. Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentek/dilepas, karena dapat
melindungi mata dari kerusakan.
b. Bibit kebun
Bibit
ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan bahan
tanam bagi kebun tebu giling. Lokasi kebun pembibitan diusahakan dekat dengan
areal tebu giling.
c. Bibit mentah/bibit krecekan
Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur
0-7 bulan. Bibit ini dipotong tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar
mata-mata tunas tidak rusak.
d. Bibit seblangan
Bibit
ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi penyulaman. Bibit
yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang telah bermata
tunas dua.
e. Bibit siwilan
Jika
tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati, maka keluarlah tunas-tunas yang
disebut siwilan. Siwilan ini bisanya digunakan untuk penyulaman
Jenjang
bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut :
a. Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)dalah kebun
bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia) Pasuruan. Kemurniannya berada dibawah pengawasan Pemulian Tanaman.
KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus.
b. Kebun Bibit Pokok (KBP)merupakan kebun
pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan bahan tanam bagi kebun
nenek. Kebun ini menggunakan bahan tanam yang berasal dari KBPU. Kebun ini
dikelola oleh Riset Pengembangan. KBP ditanam pada bulan Januari-Februari.
c. Kebun Bibit Nenek (KBN) KBN merupakan kebun
pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit
induk. Kebun ini menggunakan bahan tanam yang berasal dari KBP. Kebun ini
dikelola oleh Riset Pengembangan. KBN ditanam pada bulan Juli-Agustus.
Cara
Tanam
1. Bibit Bagal/debbeltop/generasi Tanah
kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing
dengan kedalaman + 5-10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata
bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.
2. Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh
di kebun bibit), jika bermata (tunas) satu: batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring, + 45 derajat. Jika bibit rayungan
bermata dua; batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm.
3. Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan
rayungan ditanam secara terpisah di dalam petak-petak tersendiri supaya
pertumbuhan tanaman merata.
Waktu
Tanam
Berkaitan
dengan masaknya tebu dengan rendemen tinggi tepat dengan timing masa giling di
pabrik gula. Waktu yang tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.
Penyiraman
Penyiraman
tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah satu hari
tidak ada hujan, harus segera dilakukan penyiraman.
Penyulaman
1. Sulam sisipan, dikerjakan 5 – 7 hari
setelah tanam, yaitu untuk tanaman rayungan bermata satu.
2. Sulaman ke – 1, dikerjakan pada umur 3
minggu dan berdaun 3 – 4 helai. Bibit dari rayungan bermata dua atau
pembibitan.
3. Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan
tebu dilakukan ketika tanaman berumur + 1 bulan
4. Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum
pembubunan, bersama sama dengan pemberian air ke – 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur
1,5 bulan
5. Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu
sebelum bumbun ke -2
Pembumbunan
Tanah
Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4
minggu, yaitu berdaun 3 – 4 helai. Pembumbunan dilakukan dengan cara
membersihkan rumput-rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar)
lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah.
Pembumbunan
ke – 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar + 20 cm,
sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau + 2 bulan.
Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada
umur 3 bulan, semua got harus diperdalam ; got mujur sedalam 70 cm dan got
malang 60 cm.
Garpu Muka Gulud
Penggarpuan
harus dikerjakan sampai ke pinggir got, sehingga air dapat mengalir. Biasanya
dikerjakan pada bulan Oktober/November ketika tebu mengalami kekeringan.
Klentek
Yaitu
melepaskan daun kering, harus dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir, umur
7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang. Kletek Perempalan daun. Kegiatan
perempelan daun bertujuan untuk membersihkan daun-daun yang sudah kering pada
tanaman tebu sehingga kelihatan bersih, mudah untukpengamatan , pengontrolan,
menghindari kebakaran dan memudahkan pemeliharaan selanjutnya.
Cara
melakukan perempelan daun tebu Daun-daun yang sudah kering dilepaskan
menggunakan sabit tajam/sabit bergigi dari tanaman tebu, kemudian daun diikat
sesuai dengan kemampuan, kemudian di kumpulkan disisi sisi jalan untuk
memudahkan pengangkutan.
Daun-daun
tersebut dikumpulkan menggunakan kendaraan Truk/Gerobag di suatu tempat,
kemudian dapat diolah menjadi silase makanan ternak maupun diolah menjadi pupuk
kompos.
Perempalan
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 4 bulan setelah tanam dan yang
kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan. Sehingga ruas-ruas tebu nampak bersih dari
daun tebu kering.
Pemupukan
tanaman tebu bertujuan untuk menambah unsur hara Nitrogen (N), Phospor (P) dan
Kaliom (K) dalam tanah yang dibutuhkan pada pertumbuhan tanaman tebu sehingga
tanaman dapat tumbuh sesuai dengan yang diinginkan.
Pemupukan
tanaman tebu dapat dilakukan dua hingga tiga kali dilihat dari pertumbuhan
tanaman.
Pemupukan
pertama dapat dilakukan pada saat menjelang tanam (1 hari sebelum tanam) atau
setelah tanam dilakukan dengan dosis (120 kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg
KCl/ha).
Pemupukan
kedua dapat dilakukan 30 hari setelah tanam/pemupukan pertama dengan dosis 200
kg urea per hektar dan pemupukan tamabahan ketiga dapat dilakukan setelah 45
hari setelah tanam, Pemupukan tambahan ke tiga ini bertujuan untuk menambah
pupuk pada tanaman yang kurang subur pertumbuhannya, adapun dosisnya
disesuaikan dengan kondisi tanaman yang akan di pupuk.
Cara
pemupukan Sebelum pupuk di tabor, terlebih dahulu membuat lubang menggunakan
tugal sedalam 5-7 cm atau membuat larikan sedalam 5-7 cm sepanjang guludan
tanaman menggunakan cantol/cangkul kecil yang dapat ditarik, lalu pupuk
diletakkan di lubang atau ditabur pada larikan tersebut kemudian ditimbun
tanah. Dalam pelaksanaan pemupukan sebaiknya dilakukan setelah atau sebelum hujan
dan dilakukan pada pagi atau sore hari.
Tebu
Roboh
Batang
tebu yang roboh atau miring perlu diikat, baik silang dua maupun silang empat.
Ros – ros tebu, yang terdiri dari satu deretan tanaman, disatukan dengan rumpun
– rumpun dari deretan tanaman di sisinya, sehingga berbentuk menyilang.
Pemeliharaan
Tanaman (Maintenance)
Aplikasi
kapur pertanian (dolomite/calcite, gypsum)
Kegiatan
penaburan ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah kandungan unsur mikro
Magnesium (Mg, Ca) yang berfungsi untuk menaikkan pH tanah menuju netral karena
tanah Podzolik Merah Kuning merupakan tanah yang memiliki pH yang relatif
rendah dan kurang baik untuk pertumbuhan tanaman tebu. Gypsum juga menyediakan
Ca (kalsium) dan sulfat. Dosis yang digunakan adalah 2 ton/ha setiap penanaman
kembali tebu setiap 3 – 4 tahun (Replanting cane). Di samping pemberian kapur,
juga diberikan 1 ton/ha gipsum yang berfungsi meningkatkan ketersediaan kalsium
dan sulfat.
Aplikasi
blotong (filter cake)
Blotong
merupakan bahan hasil sampingan berupa padatan berwarna hitam pekat dalam
proses pengolahan tebu menjadi kristal-kristal gula. Penebaran blotong lebih
diprioritaskan untuk areal yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah
yaitu pada tanah yang lapisan sub-soilnya tipis atau bahan organik rendah.
Dosis yang dianjurkan untuk penggunaan blotong yaitu 40 – 50 ton/ha.
Aplikasi stillage
Stillage
merupakan hasil samping dari pengolahan tetes tebu yang diaplikasikan setelah
kegiatan tebang selesai dilakukan dengan dosis 20.000 liter/ha (kandungan K
adalah 1% di dalam stillage). Stillage kaya dengan kalium, sehingga dengan
takaran yang diberikan akan mampu menggatikan pupuk KCl. Stillage juga cukup
mengandung nitrogen, bila disetarakan dengan pupuk ZA, maka takaran sitillage
yang diberikan setara dengan 200 kg ZA. Mengingat komposisinya, maka bahan ini
secara ekonomi dapat mengefisienkan dan mengurangi biaya produksi dalam segi
pemupukan, hanya saja jumlah yang terbatas menyebabkan pemanfaatannya masih
terbatas. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah bahan organik yang
terkandung di dalammya masih mempuyai BOD dan COD yang masih tinggi.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
dan penyakit dalam budidaya tanaman merupakan hal yang perlu menjadi perhatian
karena dapat menimbulkan kerugian ekonomi apabila serangan hama melebihi ambang
ekonomi. Agar tidak terjadi ledakan serangan hama dan penyakit, maka perlu
dilakukan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tebu mulai umur tanaman 1
bulan. Penggerek pucuk dan batang merupakan hama-hama utama di beberapa pabrik
gula khususnya di Jawa dan Sumatera. Hama penggerek pucuk Triporyza nivela
intacta menyerang tunas umur 2 minggu hingga saat tebang. Pucuk tebu yang
terserang akan mati atau membentuk siwilan.
Hama
penggerek yang menyerang batang tebu adalah Proceras sacchariphagus (penggerek
bergaris), Chilo auricilia (penggerek berkilat), eucosma scistaceana (penggerek
abu-abu), Chilotraea infuscatela (penggerek kuning), Sesamia inferens
(penggerek jambon) dan Pragmataesia castanea (penggerek raksasa). Kerugian
akibat serangan penggerek berupa batang-batang yang mati tidak dapat digiling
dan penurunan bobot tebu atau rendemen akibat kerusakan pada ruasruas batang.
Kerugian gula akibat serangan penggerek pucuk ditentukan oleh jarak waktu
antara saat penyerangan dan saat tebang
.
Menurut Wiriotmodjo (1970), kehilangan rendemen dapat mencapai 50 % jika
menyerang tanaman tebu umur 4-5 bulan dan 4 – 15 % pada tebu yang berumur 10
bulan. Hasil pengamatan Wirioatmodjo (1973), pada tingkat serangan ruas sebesar
20 %, penurunan hasil gula dapat mencapai 10 %.
Pengendalian
hama penggerek dengan cara mekanis dan kimiawi semakin mahal dan sulit
dilakukan. Oleh karena itu pengendalian secara terpadu (PHT) merupakan
alternatif yang terbaik. Kegiatan PHT dilakukan secara terpadu dengan
menggabungkan berbagai macam cara pengendalian yang meliputi pengendalian
secara mekanis, kultur teknis, biologis, dan kimiawi.
Pengendalian
secara mekanis yang dilakukan di antaranya tangkap kupu-telur, klentek, dan
roges. Pengendalian kultur teknis meliputi penanaman dengan menggunakan
varietas unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit, dan penggunaan blok
sistem dalam tebang. Pengendalian hama secara biologis dengan menggunakan
parasitoid dan predator seperti Trichogamma chilonis, Cotesia flavipes,
Sturmiopsis inferens, Tetrastichus scoenobii, dan Elasmus zehteneri.
Pengendalian secara kimiawi dengan aplikasi carbofuran dengan Microband dan
spray pesawat untuk hama penggerek pucuk dan kutu bulu putih.
Pengendalian
penyakit Pembuluh dengan perawatan air panas 50° C selama 2 jam terhadap bibit
tebu dapat mengembalikan hasil yang hilang sebesar lebih kurang 10 %, tetapi
kendala yang dihadapi adalah ketiadaan tangki air panas di pabrik gula pabrik
gula.
Pengendalian
Gulma
Pada
lahan kering gulma lebih beragam dan lebih berbahaya. Gulma – gulma dominan
yang menjadi pesaing kuat yang berakibat merugikan terdiri atas gulma daun
lebar dan merambat, gulma daun sempit dan teki-tekian. Gulma daun lebar dan
merambat terdiri atas Cleome ginandra, Emilia sonchifolia, Boreria alata,
Amaranthus dubius, Spigelia anthelmia, Commelina elegans, Mikania micrantha dan
Momordica charantia. Gulma daun sempit tediri atas Digitaria ciliaris,
Echinochloa colonum, Eleusine indica, Dactylocta aegyptium dan Brachiaria
distachya sedangkan gulma golongan teki adalah Cyperus rotundus.
Dalam
pelaksanaannya, pengendalian gulma dibagi menjadi pengendalian secara kimia,
mekanis dan manual. Untuk sistem reynoso, pengendalian lebih dominan dilakukan
secara manual. Sementara itu di lahan kering lebih umum pengendalian gulma
secara kimia yang dibedakan menjadi tiga yaitu pre emergence (pra tumbuh), late
pre emergence (awal tumbuh) dan post emergence (setelah tumbuh).
Pemupukan
Dosis
pupuk yang dianjurkan untuk tebu lahan kering tanaman pertama (TRIT I) adalah 8
ku ZA, 2 ku SP36 dan 3 ku KCl tiap hektar dengan aplikasi 2 kali. Pemupukan
pertama dilakukan pada saat tanam sebagai pupuk dasar dengan 1/3 dosis ZA dan
seluruh SP 36 dan KCl. Pemupukan 2 dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar
1,5 bulan yaitu pada awal musim hujan dengan 2/3 dosis ZA.
Aplikasi
pupuk dilakukan dengan mengalurkan ditepi tanaman kemudian ditutup dengan
tanah. Pengaplikasian pupuk dengan bantuan traktor tangan sudah dikembangkan
terutama untuk pembukaan dan penutupan alur sekaligus pembumbunan. Alat yang
dipakai adalah chissel plow ditarik dengan traktor tangan.
0 Response to "Cara Budidaya Tanaman Tebu Berkualitas"
Post a Comment