PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO FERMENTASI SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK DI DAERAHSENTRA KAKAO

 Nagari Pakandangan terletak di Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman. Di daerah ini terdapat penduduk sekitar 4000 orang dengan mata pencaharian 70% sebagai petani, 25% sebagai pedagang dan 5% sebagai pegawai. Pada umumnya tingkat pendidikan masyarakat di desa ini kebanyakan berpendidikan SD dan SMP, hanya beberapa yang berpendidikan SMA dan Perguruan tinggi. Perekonomian masyarakat pada umumnya bertumpu kepada usaha perkebunan, pertanian dan peternakan. Potensi yang ada didesa ini adalah luasnya tanah untuk perkebunan, disamping juga terdapat tanah sawah untuk bertanampadi. Adapun komoditi perkebunan yang terdapat didaerah Kabupaten Padang Pariaman ini adalah kakao, kelapa, kelapa sawit, karet dan kopi.

Berdasarkan survei lapangan kulit buah kakao dibuang begitu saja, tanpa ada yang memanfaatkan. Padahal ditinjau dari potensinya kulit buah kakao dapat dijadikan sebagai pakan alternatif ternak baik ruminansia maupun unggas. Ketersediaan kulit buah kakao cukup banyak karena sekitar 75% dari satu buah kakao utuh adalah berupa kulit buah, sedangkan biji kakao sebanyak 23% dan plasenta 2% (Wawo, 2008). Ditinjau dari segi kandungan zat-zat makanan kulit buah kakao dapat dijadikan sebagai pakan ternak karena mengandung protein kasar 11,71%, serat kasar 20,79%, lemak 11,80% dan BETN 34,90% (Nuraini, 2007).

Penggunaan kulit buah kakao sebagai pakan ternak telah banyak dilakukan peneliti seperti Martini (2002) kulit buah kakao dapat diberikan pada broiler sampai level 10% karena terbatasnya penggunaan kulit buah kakao sebagai pakan ternak unggas disebabkan tingginya kandungan serat kasar karena unggas tidak mampu menghasilkan enzim selulase yang dapat mendegradasi selulosa menjadi glukosa. Selanjutnya dijelaskan bahwa faktor pembatas pemberian kulit buah kakao sebagai pakan ternak adalah terdapatnya anti nutrisi theobromin pada kulit buah kakao. Theobromin merupakan alkaloid tidak berbahaya yang dapat dirusak dengan pemanasan atau pengeringan, tetapi pemberian pakan yang mengandung theobromin secara terus menerus dapat menurunkan pertumbuhan (Tarka et al., 1998). Oleh karena itu untuk memaksimalkan penggunaan kulit buah kakao baik bagi ternak maka perlu ditingkatkan kualitasnya salah satunya dengan jalan fermentasi.

Teknologi fermentasi menggunakan kapang Neurospora crassa yang berwarna orange cukup sederhana, mudah untuk diterapkan di lapangan dan dapat disosialisasikan ke masyarakat terutama peternak. Bahan makanan yang telah mengalami fermentasi mempunyai kandungan dan kualitas gizi yang lebih baik dari bahan asalnya karena mikroba bersifat katabolik atau memecah komponen- komponen komplek menjadi zat –zat yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna disamping itu mikroba dapat pula menghasilkan asam amino dan beberapa vitamin seperti riboflavin, vitamin B12, provitamin A, dapat menghasilkan flavour yang lebih disukai dan dapat mengurangi racun/anti nutrisi yang terdapat pada bahan (Carlile dan Watkinson, 1995).

Inokulum Neurospora crassa yang berwarna orange kemerahan merupakan kapang karotenogenik (penghasil  karoten) tertinggi yang telah diisolasi dari tongkol jagung (Nurainidan Marlida , 2005). Inokulum Neurospora crassa dapat memproduksi pakan kaya  karoten (270.60 mg/g) dan dapat meningkatkan protein dari 4.56 % menjadi 21.20 % pada substrat campuran 60 % ampas sagu dengan 40% ampas tahu (Nuraini, 2006). Senyawa karoten adalah senyawa karotenoid yang berfungsi sebagai provitamin A, sebagai pemberi warna kuning pada kuning telur dan dapat menurunkan kolesterol telur (Kohlmeier dan Hastings, 1995, Nurdin, 1994 dan Nuraini, 2006).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata pakan fermentasi dengan Neurospora crassa yang kaya  karoten dapat digunakan sebanyak 20- 30% dalam ransum ayam dan 40% dalam ransum itik yang dapat mengurangi penggunaan jagung 30-40% dan mengurangi konsentrat 20-25% serta dapat menurunkan kolesterol telur ayam dan itik sampai 30-40% (Nuraini,2006 dan 2008).

Didaerah Pakandangan terdapat sebuah koperasi yang beranggotakan 25 orang petani ternak sapi dan ayam dengan nama ”Stater “. Setiap anggota kelompok tani rata rata memelihara sekitar 3-5 ekor sapi dan 500 – 1000 ekor ayam. Sistim pemeliharaan sapi dan ayam umumnya bersifat semi intensif. Pada siang hari sapi dan ayam dilepas dipekarangan dan malam hari dikandangkan. Biasanya petani ternak membiarkan sapi dan ayam mencari makan sendiri disekitar lokasi rumah mereka, sapi hanya makan rumput dan ayam hanya diberikan dedak padi, sehingga tampak di lapangan pertumbuhan dan produktivitas sapi dan ayam rendah. Hal ini disebabkan mahalnya harga bahan pakan seperti jagung dan konsentrat.

Sebelum terjadi krisis ekonomi, para peternak di daerah ini memberikan jagung dan konsentrat untuk ternak ayam mereka, tapi karena mahalnya harga jagung dan konsentrat maka timbul masalah yaitu peternak lebih banyak memberikan campuran dedak padi dibandingkan jagung dan konsentrat dan kadang kadang hanya dedak padi saja yang diberikan kepada ternak. Akibatnya makanan yang dikonsumsi oleh ternak tidak memenuhi standar gizi yang dibutuhkan oleh ternak tersebut sehingga produktifitas ternak rendah karena tampak dari hasil pengamatan di lapangan, pertambahan bobot badan atau pertumbuhan ternak tidak sesuai dengan umur pemeliharaannya, akibatnya usaha peternakan kurang menguntungkan.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dilakukan suatu strategi yaitu memanfaatkan secara efektif dan efisien bahan- bahan makanan yang berasal dari limbah pertanian yang terbuang begitu saja dan banyak tersedia di desa Pakandangan Kabupaten Padang Pariaman seperti kulit buah kakao. Dalam hal ini integrasi usaha peternakan dengan pertanian memberikan harapan karena kulit buah kakao yang telah difermentasi dengan Neurospora crassa memainkan peranan penting sebagai pakan ayam yang dapat mengurangi penggunaan jagung dan konsentrat.

Berdasarkan uraian diatas maka dalam rangka membantu petani ternak ayam dalam menghadapi problem pakan ternak maka perlu ditindak lanjuti dengan memanfaatkan hasil limbah pertanian/industri yang berkualitas rendah melalui teknologi fermentasi tepat guna dan sederhana dapat berubah menjadi bahan pakan alternatif yang bergizi tinggi. Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat di daerah ini dilakukan dengan tujuan:

1.      Meningkatkan pengetahuan dan memperkenalkan kepada para peternak tentang bahan pakan alternatif berkualitas yaitu kulit buah kakao fermentasi yang dapat digunakan sebagai pakan alternatif bagi ternak unggas.
2.      Meningkatkan pengetahuan para peternak dan mengadaptasikan teknologi fermentasi sederhana dan mudah dilakukan untuk meningkatkan kualitas limbah perkebunan seperti kulit buah kakao sehingga pemanfaatannya sebagai pakan ternak dapat maksimal.
3.      Meningkatkan performa dan kualitas ternak yang dipelihara dengan memberikan formula ransum yang sesuai dengan kebutuhan zat-zat makanan ternak dengan pemberian kulit buah kakao fermentasi. Kulit buah kakao berasal dari limbah perkebunan kakao yang banyak tersedia di sekitar lokasi peternakan .
4.      Menurunkan biaya pengeluaran untuk pembelian ransum dengan memanfaatkan limbah yaitu kulit buah kakao dan kemudian ditingkatkan kualitasnya melalui fermentasi dengan Neurospora crassa sehingga produk kulit buah kakao fermentasi dapat dijadikan sebagai pakan alternatif bagi ternak unggas.
Kegiatan pengabdian ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para petani ternak di desa Pakandangan Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman dalam memelihara ternak unggas terutama ayam.


Pada waktu survei ke lapangan sebelum pelaksanaan kegiatan ini, para petani ternak di nagari ini sedang menghadapi kesulitan dalam pengadaan makanan terutama jagung dan konsentrat yang harganya mahal. Para peternak ayam sebelumnya memberikan campuran pakan dengan perbandingan yaitu 2 konsentrat, 3 jagung dan 5 dedak halus, tetapi pada saat sekarang ini karena mahalnya harga jagung dan konsentrat maka peternak lebih banyak memberikan campuran dedak padi dibandingkan jagung dan konsentrat dan sering hanya dedak padi saja yang diberikan kepada ternak. Akibatnya pertumbuhan dan produksi ternak tidak sesuai dengan umur pemeliharaannya dan produksi telur menurun karena makanan yang dikonsumsi oleh ternak tidak memenuhi standar gizi yang dibutuhkan oleh ternak tersebut sehingga produktifitas ternak rendah, akibatnya biaya produksi tetap lebih tinggi dari hasil yang diperoleh atau dengan kata lain usaha yang dilakukan kurang menguntungkan.


Pemanfaataan secara efektif dan efisien bahan- bahan makanan yang berasal dari limbah pertanian yang terbuang begitu saja dan banyak tersedia di lokasi seperti kulit buah coklat, ampas tahu dan dedak merupakan salah satu strategi dalam menjawab dan mengatasi permasalahan pakan ternak pengganti jagung dan konsentrat. Berdasarkan hasil wawancara, tampak bahwa para peternak tidak mengetahui bahwa campuran kulit buah kakao sebagai sumber energi dan ampas tahu sebagai sumber protein dapat dijadikan sebagai substrat untuk pertumbuhan Neurospora crassa sehingga dihasilkan pakan fermentasi kaya  karoten. Produksi kulit buah kakao, ampas tahu dan dedak di daerah ini cukup banyak untuk dijadikan sebagai pakan ternak, karena di lokasi ini banyak terdapat tanaman kakao dan 2 tempat penggilingan padi dan 3 tempat pembuatan tahu.

Teknologi fermentasi yang diberikan cukup sederhana, mudah untuk diterapkan dilapangan dan dapat disosialisasikan ke masyarakat terutama peternak. Fermentasi dapat meningkatkan kandungan dan kualitas gizi bahan, menghasilkan aroma dan rasa/flavour yang disukai sehingga palatabilitas meningkat dan dapat meningkatkan daya cerna (Winarno, 1980). Campuran kulit buah kakao dan ampas tahu yang telah difermentasi dengan Neurospora crassa dapat memproduksi pakan kaya  karoten (235.08 mg/g) dan dapat meningkatkan protein dari 11.71 % menjadi 20.78 % pada substrat campuran 60 % kulit buah kakao dengan 40% ampas tahu (Nuraini, 2008). Senyawa  karoten adalah senyawa karotenoid yang berfungsi sebagai provitamin A, sebagai pemberi warna kuning pada kuning telur dan dapat menurunkan kolesterol telur. Penggunaan produk pakan kaya karoten sebanyak 20 % dalam ransum broiler dan 30-40% dalam ransum itik dan ayam petelur, dapat mengurangi sebanyak 30 - 40% penggunaan jagung dan 30-35 % konsentrat tanpa menurunkan pertambahan bobot badan broiler dan produksi serta bobot telur bahkan dapat menurunkan 30-40% kolesterol telur dan meningkatkan 30 -35% warna kuning telur (Nuraini, 2006 dan Nuraini 2008).

Pada waktu kegiatan pengabdian masyarakat di daerah Pakandangan ini dilakukan maka program kegiatan yang telah diberikan adalah penyuluhan tentang cara pemeliharaan ternak unggas yang sesuai dengan Panca Usaha Ternak, pemanfaatan limbah – limbah hasil pertanian yang banyak tersedia di sekitar daerah ini untuk dijadikan sebagai pakan ternak, peningkatan kualitas limbah secara biologi melalui fermentasi, penyusunan ransum ternak unggas dengan menggunakan limbah – limbah hasil pertanian fermentasi tersebut dan pemberiannya pada ternak. Disamping itu juga dilakukan demonstrasi/peragaan cara melakukan fermentasi limbah hasil pertanian dengan menggunakan inokulum Neurospora crassa.

Hasil pengamatan dilapangan, menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian ini disenangi oleh peserta karena para peternak selain mendapatkan materi cara pemeliharaan ternak unggas yang sesuai dengan Panca Usaha Ternak ( managemen pemeliharaan, makanan, kandang, penyakit), peningkatan kualitas limbah secara biologi yaitu fermentasi; teknik memformulasi ransum dengan menggunakan bahan pakan lokal, mereka juga ingin mengetahui cara peningkatan kualitas limbah dengan cara lainnya yaitu secara fisik dan secara kimia seperti amoniasi jerami padi dan pembuatan silase.


Setelah kegiatan penyuluhan dan demonstrasi serta evaluasi dilakukan ternyata beberapa peternak sudah bisa melakukan fermentasi sendiri dan telah mencoba memberikannya pada ternak unggas yang dipelihara. Hasil evaluasi dilapangan setelah kegiatan penyuluhan dan demonstrasi dilakukan ternyata beberapa peternak sudah bisa melakukan fermentasi sendiri dan telah mencoba memberikannya pada ternak unggas yang dipelihara. Para peserta menyadari bahwa dengan pembuatan produk fermentasi akan didapatkan dua keuntungan yaitu produk fermentasi kaya karoten dapat digunakan sebagai makanan ternak yang mengurangi penggunaan sebagian jagung dan konsentrat sehingga biaya berkurang dan kedua dengan memberikan produk fermentasi pada ternak akan menghasilkan telur rendah kolesterol.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO FERMENTASI SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK DI DAERAHSENTRA KAKAO "

Post a Comment