Cover crop atau tanaman
penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi
tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan/atau untuk memperbaiki sifat
fisika dan kimia tanah, yaitu mempengaruhi struktur tanah, meningkatkan aerasi tanah dan mempertahankan kandungan
bahan organik untuk meningkatkan produktivitas tanah ( Seta,1987 ).
Menurut Arsyad (2000) peranan tanaman penutup tanah
adalah (1) menahan atau mengurangi daya
perusak tanah oleh butir butir hujan yang jatuh diatas permukaan tanah, (2)
menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting, dan daun yang jatuh, dan
(3) melakukan transpirasi sehingga mengurangi kandungan air tanah. Batang,
ranting dan daun mati yang jatuh kepermukaan tanah akan mengalami dekomposisi
dengan bantuan jasad renik tanah. Hasil dekomposisi tersebut dapat meningkatkan
kandungan bahan organik tanah sehingga terbentuk agregat tanah yang mantap (
Departemen Pertanian, 1984 ).
Tanah-tanah yang mempunyai agregat mantap,
di samping tidak mudah terdispersi, juga mengandung porositas yang tinggi
sehingga infiltrasi air ke dalam tanah akan meningkat, aliran permukaan
berkurang, dan erosi tanah menjadi kecil. Selain itu residu dari sisa tanaman
penutup tanah juga dapat memperbaiki kemampuan tanah menahan air, mengurangi
kekuatan penetrasi akar, memantapkan agregat tanah dan memantapkan aerasi tanah
serta dapat mengendalikan fluktuasi suhu tanah yang drastis antara siang dangan
malam hari sehingga tidak berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman (Seta,
1987).
Buckman & Brady (1982) dalam Mohammad (1983) menyatakan bahwa
tanaman yang sesuai dipergunakan sebagai tanaman penutup tanah adalah dari
jenis kacang kacangan, karena tanaman tersebut dapat menambah kesuburan tanah
dengan meningkatkan kandungan nitrogen melalui proses fiksasi oleh bakteri
rhizobium yang terdapat pada akarnya. Pembenaman bahan pangkasan kacang
kacangan ke dalam tanah tidak hanya menambah karbon organik pada tanah tetapi
juga mengembalikan nitrogen dan unsur hara lainnya.
Pada tabel 2. terlihat bahwa tanaman
kacang-kacangan mampu mengembalikan unsur hara terutama nitrogen yang lebih
banyak dibanding dengan jenis penutup tanah lainnya setelah berumur dua tahun.
Tabel 2. Pengaruh Beberapa Jenis
Tanaman Penutup tanah Terhadap Sifat Tanah.
Kedalaman
Tanah (cm)
|
Tanaman
Penutup
|
Agregat
(%)
|
Berat Jenis
(g/cm3)
|
Permeabilitas
(cm/jam)
|
Porositas
(%)
|
0 – 15
|
Kacang-kacangan
|
93,0
|
1.04
|
110,7
|
60,6
|
Rumput
|
91,1
|
1,11
|
29,0
|
58,1
|
|
Mikania
|
88,3
|
1,21
|
35,6
|
54,0
|
|
15 -30
|
Kacang-kacangan
|
89,0
|
1,12
|
25,0
|
58,1
|
Rumput
|
82,6
|
1,17
|
25,7
|
55,7
|
|
Mikania
|
76,9
|
1,54
|
7,9
|
54,0
|
Sumber : BRIM
(1977) dalam Alibasyah (1985)
Di Indonesia tanaman kacang-kacangan
seperti Centrosema pubescens Benth, Pueraria phaseoloides Benth, Mimosa invisa Mart, Calopogonium muconoides Desv, Crotalaria
anagyroides, Leuceana glauca, Teprosia maxima, Teprosia vogelii, Desmodium gyroides dan lain-lain, telah banyak
digunakan sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan teh, karet dan kelapa
sawit sejak sebelum perang dunia kedua yang lebih dikenal sebagai tanaman pupuk
hijau. Adisewojo (1964) dalam
Alibasyah (1985). Keterangan singkat mengenai tanaman penutup tanah Centrosema pubescens Benth dan Pueraria
phaseoloides Benth adalah
sebagai berikut :
Centrosema pubescens
Benth. Maulen (1980) dalam Alibasyah (1985) melaporkan bahwa
tanaman ini termasuk famili Papilionaceae
dari famili Legominoceae. Species
ini berasal Brazil dan telah ditanam
dengan hasil yang baik di daerah tropis dan sub tropis. Daun-daunnya
adalah trifoliat dan lebih runcing bila dibandingkan dengan daun-daun Pueraria
phaseoloides Benth atau
Calapogonium muconoides Desv. Sifat tumbuhnya adalah perennial (hidup lebih
dari satu tahun), sangat agresif, batang-batangnya menjalar dan membentuk
pertanaman penutup tanah empat hingga enam bulan sesudah ditanam dari biji
(Reksohadiprodjo, l98l). Tanaman ini berdaun lebat dan tahan keadaan
kering serta lebih tahan naungan jika
dibandingkan dengan Pueraria phaseoloides Benth atau Calopogonium muconoides Desv (Departemen
Pertanian, l984). Dalam keadaan tanah dan iklim sesuai, tanaman ini dapat
menghasilkan bahan organik sebanyak 400
kuintal per hektar dalam waktu sepuluh bulan, yang sama dengan 41 kg nitrogen
dan 20 kilogram P2O5 (Arsyad,
2000). Selanjutnya Hartley (1977) dalam
Alibasyah (l985) melaporkan bahwa untuk mendapatkan penutupan tanah yang baik
diperlukan sekitar 30 kg biji per hektar. Untuk perkecambahan biji yang cepat
perlu direndam dalam air panas atau larutan asam sulfat pekat selama 15 menit,
kemudian dibilas dengan air bersih.
Pueraria
phaseoloides Benth. Tanaman ini termasuk sub famili Papilionaceae
dari famili Legominoceae berasal dari
India bagian Timur dan sekarang telah ditanam secara luas di daerah tropika.
Tanaman ini bersifat membelit, merambat dan membentuk semak yang rimbun dengan
batang-batang stolon mengeluarkan akar dari setiap ruas batang yang
bersinggungan dengan tanah dan panjang batang 1 - 3 meter (Departemen
Pertanian, l984). Tanaman ini dapat
tumbuh pada tanah- tanah yang miskin dan masam, tetapi tidak tahan naungan yang
berat seperti halnya Centrosema pubescens Benth.
Daunnya gugur di musim kemarau ketika terbentuk biji dan inilah sebabnya
mengapa tanaman ini ditanam bersama-sama dengan Centrosema pubescens Benth untuk mencegah tumbuhnya tanaman
pengganggu pada waktu tersebut. Tanaman ini menghasilkan biji yang relatif
sedikit dan kulitnya agak tebal sehingga perlu direndam dengan air panas atau
larutan asam sulfat pekat selama l5-20 menit untuk mendapatkan perkecambahan
biji yang baik. Perkecambahan biji terjadi lebih kurang 5 hari setelah tanam
(Hartley, 1977 dalam Alibasyah,
1985).
0 Response to "Peranan Kacang-Kacangan Sebagai Cover Crop di Perkebunan"
Post a Comment