BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Sektor pertanian merupakan andalan untuk
meningkatkan kesejahteraan sebagian masyarakat Indonesia karena sebagian besar
masyarakat Indonesia tinggal di desa dan bekerja di sektor pertanian. Di lihat
dari kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian secara makro terjadi
penurunan, di mana kontribusi sektor pertanian terhadap PDB pada tahun 2010
15,3 %, kemudian turun menjadi 14,7 % . Di tinjau dari luas panen padi tahun
2010 sebesar 13.253.450 ha, kemudian turun menjadi 13.203.643 ha pada 2011.
Sedangkan dari produksi padi pada tahun 2010 sebesar 66.469.394 ton, kemudian
turun menjadi 65.756.904 ton padi tahun 2011. Dan dari tingkat produktifitas
padi pada tahun 2010 sebesar 50,15 (ku/ha), kemudian turun menjadi 49,80
(ku/ha) pada tahun 2011. Fenomena ekonomi ini memberikan isyarat terjadinya
transformasi ekonomi pada perekonomian Indonesia secara makro baik secara
vertikal maupun horisontal.
Dengan menurunnya tingkat produktifitas, luas
area lahan pertanian yang secara tidak langsung menurunkan tingkat produksi
pertanian khususnya pada produksi padi. Dengan latar belakang tersebut penulis
mengkaji sektor pertanian secara umum dengan menitikberatkan pada permasalahan,
kebijakan dan strategi dalam produksi pangan khususnya produksi padi. Kita
ketahui sektor pertanian ditopang oleh subsektor lainnya, yakni sektor
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan serta tanaman pangan, di mana
sektor tanaman pangan yang menjadi prioritas karena termasuk dalam kategori
kebutuhan primer, maka tidak heran bila setiap negara khususnya negara
Indonesia yang merupakan negara agraris setiap tahun berupaya untuk
memaksimalkan sektor ini. Namun, kita sedikit bersedih karena sektor tersebut
bukan sektor utama yang menyumbang dalam laju pertumbuhan PDB. Hal ini menandakan
adanya transformasi dari sektor pertanian menuju sektor modern yang berarti
lahan pertanian semakin sempit karena pesatnya peertumbuhan dan pembangunan
gedung-gedung. Keadaan tersebut harus disikapi dengan segera mungkin dari pusat
hingga daerah, dari pejabat hingga rakyat agar tidak bertambahmasyarakat yang
melarat dikarenakan pemerintah yang sibuk dengan rapat tanpa ada tindak
perbuat.
2. Rumusan
Masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan sektor pertanian ? dan apa saja subsektornya ?
b. Bagaimana
perkembangan dan peranan sektor pertanian terhadap perekonomian ?
c. Apa
problema sektor pertanian ? dan upaya untuk mengatasinya ?
d. Bagaimana
kontribusi kebijakan dan strategi dalam pengembangan sektor pertanian ?
3. Tujuan
a.
Mengetahui pengertian dan ruang lingkup
sektor pertanian beserta kontribusinya dalam perekonomian.
b.
Mempelajari perkembangan dan peranan sektor
pertanian terhadap perekonomian
c.
Mampu menganalisis permasalahan dalam sektor
pertanian dan mampu mencari solusinya.
d.
Mampu menilai, menimbang seberapa besar
pengaruh kebijakan dan strategi pada sektor pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian dan Lingkup Sektor Pertanian
Sektor pertanian
yang dimaksudkan dalam konsep pendapatan nasional menurut lapangan usaha atau
sektor produksi ialah pertanian dalam arti luas yang meliputi lima subsektor
yaitu :
a. Subsektor
Tanaman Pangan
Subsektor
tanaman pangan sering disebut subsektor pertanian rakyat karena tanaman pangan
biasanya diusahakan oleh rakyat.
b. Subsektor
Perkebunan
Subsektor
perkebunan dibedakkan atas perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Yang
dimaksud dengan perkebunan rakyat ialah : Perkebunan yang diusahakan sendiri
oleh rakyat atau masyarakat biasanya dalam skala kecil-kecilan dan dengan
teknologi yang sederhana. Perkebunan besar ialah semua kegiatan perkebunan yang
dijalankan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan berbadan hukum.
c. Subsektor
Kehutanan
Subsektor
kehutanan terdiri atas 3 macam kegiatan yaitu : Penebangan kayu, Pengambilan
hasil hutan lain, dan perburuan.
d. Subsektor
Peternakan
Subsektor
peternakan mencakup kegiatan beternak itu sendiri dan pengusahaan
hasil-hasilnya yang meliputi produksi ternak-ternak besar dan kecil dan hasil
pemotongan hewan.
e. Subsektor
Perikanan
Subsektor perikanan
meliputi semua hasil kegiatan perikanan laut, perairan umum, dan pengolahan
sederhana atas produk-produk perikanan ( pengeringan dan pengasinan )
2.
Perkembangan dan Peranan Sektor Pertanian
Dalam Perekonomian
Sektor pertanian
hingga kini masih menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk
Indonesia, pola perkembangan sektor pertanian Indonesia ditempuh melalui 3
kemungkinan pola atau jalur :
1.
Jalur kapitalistik , yakni melalui pengembangan
usaha tani- usaha tani berskala besar dan melibatkan satuan-satuan yang
berskala kecil.
2.
Jalur sosialistik, yakni melalui pembentukan
usaha tani kolektif berskala besar yang diprakarsai oleh negara.
3.
Jalur koperasi semi kapitalistik yakni melalui
pembinaan usaha tani- usaha tani kecil padat modal yang digalang dalam suatu
koperasi nasional dibawah pengelolaan negara.
Laju Pertumbuhan PDB Atas
Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2007- 2010
|
||||
Sektor - Subsektor
|
2007
|
2008
|
2009*
|
2010**
|
Sektor Pertanian
|
3,47
|
4,83
|
3,98
|
2,86
|
- Tanaman Pangan
|
3,35
|
6,06
|
4,97
|
1,81
|
- Perkebunan
|
4,55
|
3,67
|
1,84
|
2,51
|
- Peternakan
|
2,36
|
3,52
|
3,45
|
4,06
|
- Kehutanan
|
-0,83
|
-0,03
|
1,82
|
2,07
|
- Perikanan
|
5,39
|
5,07
|
4,16
|
5,87
|
Ket : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Dari tabel
diatas dapat dilihat bahwa tingkat laju tumbuh sektor pertanian dalam membentuk
PDB pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 0,36 persen sedangkan pada
tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 1,53 persen dan 1,12 persen pada tahun
2010 menurut perhitungan sementara.
Salah satu teori
yang menjelaskan peranan sektor pertanian dalam perekonomian adalah teori
petumbuhan ekonomi model lewis tentang proses tranformasi pembangunan ekonomi
di negara berkembang. Teori petumbuhan ekonomi lewis diasumsikan bahwa terdapat
kelebihan jumlah tenaa kerja dan perekonomian terdiridari sektor industri
(kapitalis) dan sektor pertanian atau disebut dengan sektor subsisten. Sektor
ekonomi pertanian dicirikan dengan sektor yang memberikan tingkat produktifitas
( marginal physical produck ) relatif lebih rendah daripada sektor
industri karena jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian lebih
banyak dengan tingkat keterampilan lebih rendah dibandingkan yang bekerja di
sektor industri. Adapun menurut Kuznet sektor pertanian mampu menghasilkan
surplus atau neraca pembayaran karena sumbangannya terhadap ekspor maupun
pengembangan produk substitusi impor dan ekspansi sektor non pertanian melalui
penyediaan pangan dan bahan baku bagi industry pengolahan.
Peranan penting
pertanian antara lain adalah :
1.
Menyediakan kebutuhan bahan pangan yang
diperlukan masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan.
2.
Menyediakan bahan baku industri.
3.
Sebagai pasar potensial bagi produk-produk yang
dihasilkan industri.
4.
Sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang
diperlukan bagi pembangunan sektor lain.
5.
Sumber perolehan devisa (Kuznets, 1964)
6.
Mengurangi tingkat kemiskinan dan peningkatan
ketahanan pangan
7.
Menyumbang pembangunan perdesaan dan pelestarian
lingkungan.
3.
Problematika Sektor Pertanian
Sebagian besar
petani di Indonesia dikategorikan sebagai petani gurem, dengan penguasaan asset
produksi minimal dan jauh dari memadai untuk suatu usaha yang layak bagi
pemenuhan pendapatan keluarga . Dari keadaan ini tercermin bahwa peningkatan
kesejahteraan petani tidak akan tercapai apabila hanya mengandalkan pada hasil
pertaniannya. Upaya-upaya peningkatan pendapatan petani dari usaha tani yang
diusahakan perlu di tambahkan dengan pendapatan yang diperoleh dari usaha atau
bekerja di luar usaha tani atau di luar sektor pertanian.
Fenomena ekspansi sektor indutri mendorong terjadinya proses
transformasi ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Proses
transformasi ini akan berhenti manakala tingkat upah di sektor pertanian
mendekati tingkat upah di sektor industri.
Fenomena ini
menyebabkan luas lahan pertanian produktif relatif semakin sempit karena
terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian untuk kebutuhan pemukiman
industry infrakstruktur jalan dll. Ledakan jumlah penduduk menyebabkan krisis
terhadap tersedianya lahan pertanian karna terjadinya alih fungsi lahan yang
kecendrungan semakin meningkat dari waktu ke waktu dan menimbulkan persoalan
pengangguran tersembunyi atau pengangguran tak kentara suatu keadaan yang
ditimbulkan karena petani semakin kehilangan lahan pertanian serta dalam jangka
panjang kkrisis sektor pertanian akan menyebabkan terjadinya kemiskinan di
pedesaan.
Namun yang perlu
di kritisi adalah bahwa peningkatan produksi pertanian lebih banyak karena
upaya intensifikasi pertanian melalui panen 2 atau 3 kali setahun dan
ekstentifikasi pertanian dengan memperluas lahan pertanian sementara relatif
masih sedikit yang berkaitan dengan upaya aplikasi teknologi. Hal ini cukup
merisaukan karena tekanan kebutuhan lahan yang cukup tinggi menyebabkan lahan
pertanian semakin termarginalkan dan bergeser ke daerah yang tingkat
produktifitasnya lebih rendah. Implikasi yang ditimbulkan dari fenomena ini
adalah terjadinya penurunan dan perlambatan produksi pertanian khususnya
produksi padi.
Adapun kendala
yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecilantara
lain:
1. Lemahnya
struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan
Salah satu
faktor produksi penting dalam usaha tani adalah modal. Besar-kecilnya kala
usaha tani yang dilakukan tergantung dari pemilikan modal. Secara umum
pemilikan modal petani masih relatif kecil, karena modal ini biasanya bersumber
dari penyisihan pendapatan usaha tani sebelumnya. Untuk memodali usaha tani
selanjutnya petani terpaksa memilih alternatif lain, yaitu meminjam uang pada
orang lain yang lebih mampu (pedagang) atau segala kebutuhan usaha tani diambil
dulu dari toko dengan perjanjian pembayarannya setelah panen. Kondisi seperti
inilah yang menyebabkan petani sering terjerat pada sistem pinjaman yang secara
ekonomi merugikan pihak petani.
2. Ketersediaan
lahan dan masalah kesuburan tanah.
Kesuburan tanah
sebagai faktor produksi utama dalam pertanian. Permasalahannya bukan saja
menyangkut makin terbatasnya lahan yang dapat dimanfaatkan petani, tetapi juga
berkaitan dengan perubahan perilaku petani dalam berusaha tani.
3. Pengadaan
dan penyaluran sarana produksi.
Sarana produksi
sangat diperlukan dalam proses produksi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Pengadaan sarana produksi itu bukan hanya menyangkut ketersediaannya dalam
jumlah yang cukup, tetapi yang lebih penting adalah jenis dan kualitasnya.
4. Terbatasnya
kemampuan dalam penguasaan teknologi.
Usaha pertanian
merupakan suatu proses yang memerlukan jangka waktu tertentu. Dalam proses
tersebut akan terakumulasi berbagai faktor produksi dan sarana produksi yang merupakan
faktor masukan produksi yang diperlukan dalam proses tersebut untuk mendapatkan
keluaran yang diinginkan.
5. Lemahnya
organisasi dan manajemen usaha tani.
Organisasi
merupakan wadah yang sangat penting dalam masyarakat, terutama kaitannya dengan
penyampaian informasi (top down) dan panyaluran inspirasi (bottom up)
para anggotanya.
6. Kurangnya
kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis.
Petani merupakan
sumberdaya manusia yang memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan
suatu kegiatan usaha tani, karena petani merupakan pekerja dan sekaligus
manajer dalam usaha tani itu sendiri.
4.
Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Sektor Pertanian
Masa depresi
ekonomi tahun 1930-an merupakan awal kebijakan pengendalian langsung harga
beras oleh pemerintah penjajahan belanda. Awal tahun 1933 pemerintah
mengeluarkan kebijakan pembatasan impor beras melalui cara lesensi
danpengawasan harga secara langsung. Sekitar tahun 1939 dibentuk badan
pemerintah yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap produksi dan
pemasaran beras yaitu stichting het voedingsmidlendsfonts (VMF) pada masa orde
lama kebijakan pangan dilakukan pemerintah dalam bentuk pemberian gaji sebagian
berupa beras dengan tujuan mempertahankan pendapatan riil masyarakat. Pada
tahun 1952 dikeluarkan program kesejahteraan kasimo untuk mencapai tujuan
swasembada pangan. Pada tahun 1959 digulirkan program padi sentral untuk
mewujudkan sasaran swasembada pangan namun program ini gagal. Pada tahun 1963
diselenggarakan program penyuluhan pertanian yaitu BIMAS melalui panca usaha
tani yaitu penggunaan dan pengendalian air yang baik, penggunaan bibit unggul,
penggunaan pupuk dan pestisida yang rasional, cara bercocok tanam yang tepat
dan lembaga koperasi yang kuat.
Pada tahun 1966
pemerintah menggulirkan program KOLOGNAS ( Komando Logistik Nasional ) yaitu
suatu badan yang bertugas untuk menangani masalah distribusi bahan kebutuhan
pokok dan diberi wewenang tambahan yaitu menyalurkan dana kredit pertanian
kepada peserta BIMAS melalui gubernur dan bupati. Pada tahun 1967 terjadi
krisis beras sehingga melahirkan program usaha intensifikasi masalah (INMAS)
yang berhasil mendorong peningkatan produksi beras namun tidak diikuti dengan
peningkatan kesejahteraan petani karena harga gabah lebih rendah dibanding
harga saprodi sehingga mengurangi intensif petani untuk menanam lahan
pertanian. Hal ini mendorong munculnya Rumus Tani yaitu kebijakan
pengendalian harga beras harus kurang lebih sama dengan harga pupuk agar petani
dapat terus berproduksi dan meningkatkan taraf kesejahteraannya. Pada 14 Mei
1967 lahirlah Badan Urusan Logistik (Bulog), yang berfungsi sebagai agen
pembeli beras tunggal. Berdirinya Bulog sejak awal diproyeksikan untuk menjaga
ketahanan pangan Indonesia melalui dua mekanisme yakni stabilisasi harga beras
dan pengadaan bulanan untuk PNS dan militer. Pada Repelita 1 dan 2 (1969-1979),
Bulog mendapat tambahan tugas sebagai manajemen stok penyangga pangan nasional
dan penggunaan neraca pangan nasional sebagai standar ketahanan pangan. Pada
1971, Bulog juga mempunyai tugas sebagai pengimpor gula dan gandum. Pada 1973,
lahirlah Serikat Petani Indonesia (SPI). Untuk mencapai swasembada beras pada
1974, dikeluarkanlah Revolusi Hijau oleh Soeharto. Namun Revolusi Hijau telah
menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan. Sebab, ternyata
Revolusi Hijau hanyalah menguntungkan petaniyang memiliki tanah lebih dari
setengah hektare, dan petani kaya di pedesaan, serta penyelenggara negara di
tingkat pedesaan.
Pada 1977, Bulog
mendapat tugas tambahan kembali, yakni sebagai kontrol impor kedelai. Hingga
1978 ditetapkanlah harga dasar jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau.
Pada Repelita 3 dan 4 Orde Baru, kebijakan pangan dari swasembada beras beralih
ke swasembada pangan. pada 1984 Indonesia mencapai level swasembada pangan dan
mendapat medali dari Food and Agriculture Organization (FAO). Indonesia
dinyatakan mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan beras atau mencapai
swasembada pangan. Pada Repelita 5, 6, dan 7 rezim pemerintahan Soeharto,
kebijakan pangan kembali ke swasembada beras. Tahun 1995, para pegawai Bulog
dianugrahi penghargaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pada 1997, fungsi
Bulog ditetapkan hanya untuk mengontrol harga beras dan gula pasir. Penyempitan
peran Bulog kembali terjadi pada 1998, yakni hanya berfungsi sebagai pengontrol
beras. Masa reformasi pada rezim pemerintahaan Habibie tahun 1998/1999, keadaan
ekonomi Indonesia memburuk, krisis moneter terjadi. Utang negara menggelembung,
rakyat miskin membengkak jumlahnya mencapai lebih dari 30 juta orang. Penjualan
pesawat IPTN (dahulu Industri Pesawat Terbang Nurtanio) dilakukan untuk ditukar
dengan beras ketan Thailand. Kebijakan swasembada beras masih berlangsung
hingga era pemerintahan Gus Dur. Pada 2000, tugas Bulog ditekankan untuk
mengatur logistik beras, mulai dari penyediaan, distribusi, hingga kontrol
harga.
Setelah masa
transisi usai, bergantilah ke pemerintahaan Megawati tahun 2000-2004. Selama
empat tahun kepemimpinan Megawati, penjiplakkan kebijakan swasembada pangan
terus dilakukan. Statement Megawati yang terkenal adalah ''tidak ada pilihan
lain kecuali swasembada''. Fakta menunjukan bahwa produksi pangan Indonesia
tahun 2004 mampu memberikan hasil yang menggembirakan, hampir menyamai era
1984. Perbedaannya, keberhasilan swasembada beras tahun 1984 itu dicapai
melalui kerja keras bertahun-tahun dengan aneka upaya pembangunan seperti
irigasi, penyuluhan, atau bimbingan masyarakat, pembangunan pabrik pupuk,
pemberdayaan petani melalui KUT, KUD, dan lain sebagainya. Lain halnya dengan
keberhasilan swasembada beras di tahun 2004 yang lebih banyak dipicu oleh
membaiknya harga beras di pasar internasional yang melonjak amat drastis, dari
165 dolar AS/ton tahun 1998 menjadi 270
dolar AS/ton tahun 2005. Pada pemerintahan Megawati juga melarang impor beras
dengan dikeluarkannya Inpres No 9/2002 yang berlaku sejak Januari 2003 hingga
setahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Efek positifnya,
produksi beras mengalami peningkatan.
Saat ini,
pemerintahan SBY menetapkan kebijakan Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan
Juni 2005. Dalam kebijakan itu menetapkan target swasembada gula tercapai tahun
2008, swasembada daging 2010 dan swasembada kedelai 2015. Revitalisasi
pertanian adalah sebuah komitmen untuk meningkatkan pendapatan pertanian,
pembangunan agribisnis yang mampu menyerap tenaga kerja dan swasembada beras,
jagung, serta palawija.Namun sehubungan dengan melonjaknya harga kebutuhan
pokok pada awal 2008, maka pemerintah akhirnya mengumumkan paket kebijakan
pangan untuk komoditi beras, minyak goreng, kedelai dan terigu dalam rangka
menstabilkan gejolak harga ke tingkat wajar. Pemerintah juga memberikan subsidi
pangan sebesar Rp 3,6 triliun. Yakni untuk penambahan anggaran raskin Rp 2,6
triliun dengan volume raskin 5 kg per rumah tangga, melanjutkan operasi pasar
minyak goreng Rp 0,5 triliun, serta penyusunan program bantuan langsung kepada
perajin tempe tahu sebesar Rp 0,5 triliun. Selanjutnya pelaksanaan dari
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014 yang telah dibuat pemerintah
harus dilakukan secara mengikat. bila KUKP tidak diterapkan secara mengikat
maka tidak akan terjadi sebuah perubahan yang signifikan dalam mengatasi
persoalan kerawanan pangan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk mewujudkan sektor pertanian yang maju, modern, berdaya saing, dan
mampu memberikan kesejahteraan bagi para pelakunya diperlukan upaya-upaya yang
terstruktur dan terukur. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk peningkatan
produksi pangan antara lain :
1.
Penyusunan Roadmap Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN) menuju surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014.
2.
Audit lahan sawah di pulau Jawa.
3.
Peningkatan produktifitas melalui peningkatan
mutu benih.
4.
Gerakan peningkatan Produksi Pangan Berbasis
Korporasi ( GP3K ).
5.
Penelitian dan pelepasan varietas unggul.
6.
Introduksi teknologi pupuk berimbang.
7.
Perluasan areal tanam.
8.
Penyuluhan dan pendampingan.
Dalam rangka menentukan strategi dan kebijakan pertanian dan pangan
pada masa depan kiranya perlu mempertimbangkan beberapa aspek berikut :
1.
Strategi pengembangn pertanian di sektor hulu
lebih di orientasikan pada pengembangan yang berbasis pasar dan agribisnis
modern sehingga terkait dengan bidang lainnya seperti penyediaan bibit unggul yang
memadai, perluasan subsidi pupuk, pelaksanaan dan pemantauan kredit pertanian
yang murah, teknik dan manajemen pertanian yang profesional.
2.
Mekanisme penunjukkan rekanan impor beras harus
dilakukan secara transparan agar tercapai tingkat harga yang rasional di
tingkat konsumen tanpa merugikan petani.
3.
Kebijakan diversifikasi produk pangan melalui
sosialisasi dengan pendekatan ekonomi sehingga dapat mendorong motivasi petani
menanam jenis tanaman alternatif selain beras.
4.
Pembangunan sektor pertanian harus dilakukan
secara terintegrasi dengan pembangunan di daerah perdesaan dalam kerangka
pembangunan kesejahteraaan masyarakat petani di desa.
ReplyDeleteSaya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.
Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.
saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.
Pembayaran yang fleksibel,
Suku bunga rendah,
Layanan berkualitas,
Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan
Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)
Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)
Thanks Infonya, admin.
ReplyDeleteUntuk mencari referensi website pertanian dan perternakan saya sarankan untuk mengunjungi website ini ya min.
Fredikurniawan.com
ilmupeternakan.web.id