Agribisnis Hortikultura Thailand




Thailand  dikenal  dunia  sebagai  negeri  Gajah  Putih.  Namun  di  sejumlah  negara termasuk  di  Indonesia,  Thailand  dikenal  pula  sebagai  negara  penghasil  Hortikultura  dan diakui bahwa Thailand telah berhasil pengembangkan agribisnis buah-buahan dan sayur- sayuran.   Terobosan  Thailand  dalam dunia  agribisnis  bukan  hanya  berhasil  meningkatkan kemapanan sektor agribisnis dalam ekonomi nasional Thailand, tetapi juga berhasil meningkatkan  citra positif  Thailand  sebagai  pelopor  pengembangan  agribisnis  di kawasan ASEAN.
Sistem agribisnis Thailand, khususnya dalam pengembangan  komoditas hortikultura (buah-buahan,  sayur-sayuran,  dan tanaman  hias)  mendapat  pengakuan  internasional  dalam satu dasa warsa terakhir di abad ke 20 ini. Komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran telah menjadi komoditas  potensial ekspor Thailand,  di samping produk-produk  agribinis  lainnya seperti daging dan ternak unggas. Dari laporan ekspor yang dikeluarkan oleh Departmen of Business and Economics Thailand (1995), disebutkan bahwa dalam kurun waktu 1990-1994, empat komoditas agribisnis yang berhasil menduduki peringkat 10 besar komoditas ekspor Thailand, yaitu udang (peringkat 5), padi/beras (7), karet (8) dan produk perikanan kalengan (10).

Perkembangan   sektor   agribisnis   tersebu merupakan   hasil   kerja   keras   dengan perencanaan  yang matang dan terpadu,  serta melibatkan  semua unsur yang terkait  dengan memanfaatka potensi   sumberday yang   ada.   Perkembangan   tersebut   didukung   oleh komitmen  tinggi dari semua pihak yang berkompeten  untuk  mewujudkan  sisten agribisnis Thailand yang tangguh dan kompetitif, baik di pasar domestik, regional maupun internasional. Misal,  dukungan  dar Menteri  Pertanian  dan  Koperasi  dan Universitas  Kasetsart  sebagainstitusi pendidikan tinggi pertanian yang terkenal, terutama dalam melakukan terobosan riset rekayasa pertanian dan bioteknologi.  Demikian pula dukungan dari lembaga keuangan dan pembiayaan seperti Bank of Agriculture and Agricultural Cooperation (BAAC), melalui pembiayaan dengan kredit berbunga rendah. Hal ini dimaksudkan untuk menurunkan biaya produksi, akhirnya harga produksi menjadi lebih rendah (low cost) sehingga lebih kompetitif di pasar domestik dan  di pasar internasional.


Keunggulan Pengembangan Agribisnis Thailand

Beriku ini   dipaparkan   beberap keunggulan   sistem   pengembangan   agribisnis Thailand,  mungkin  berguna  sebagai  informasi  bagi pengembangan  agribisnis  di Indonesia pada umumnya dan KTI pada khususnya,  sebagai berikut:
1.   Thailand   memiliki   keunggulan   di   bidang   penelitian   da pengembanga untuk menghasilkan bibit unggul melalui rekayasa bioteknologi,  bioproses dan kultur jaringan.
2.   Keunggulan  dalam  memfungsikan  Badan  Penyuluhan  Pertanian  Daerah  (BPPD), selain  berfungsi  sebagai  sarana  bimbingan  pertanian,  juga    sebagai  sarana  penyedia informasi pasar bagi petani dalam kaitannya dengan perencanaan jenis dan kuantitas produksi.
3. Keunggulan dalam mengidentifikasi komoditas yang memiliki prospek bisnis dan pertumbuhan pasar yang tinggi, sehingga pengembangannya diarahkan untuk komoditas- komoditas  potensial  tersebut.  Dengan  kata lain, Thailand  lebih memfokuskan pengembangan  pada beberapa komoditas yang memiliki prospek bisnis tinggi, terutama untuk menembus pasar luar negeri.
4.   Keunggula dalam  memainkan   strategi  pemasaran   yang  andal  dan  efektif  untuk penetrasi pasar, terutama pasar ekspor.  Untuk tujuan penetrasi tersebut, maka semua perwakilan Thailand   di luar negeri ditugaskan melakukan   market intelejen untuk mengumpulkan     informasi  pemasaran,  dan  selanjutnya  informasi  tersebut  disebarkan melalui media massa dan lembaga-lembaga terkait seperti BPPD.
5.   Kemampuan  yang tinggi untuk mempendek  rantai pemasaran   komoditas,  sehingga marjin pemasaran relatif rendah. Dengan kata lain perbedaan   antara harga yang dibayar konsumen  daharga  yang  diterima  petani  (harga  produsen)  relatif  kecil,  sehingga integrasi vertikal sistem komoditas beroperasi dengan efisien. Di samping itu, intervensi pemerintah dalam pengaturan pasar relatif kecil, yang memungkinkan  mekanisme pasar dapat berjalan dan efisiensi sistem pemasaran dapat tercipta. Pemerinta Thailand lebih


banyak  berperan  sebagai  fasilitator  dan  controller  dari  pada  sebagai  regulator  sistem pemasaran.
6.   Kredit pertanian yang berbunga rendah dan tanpa agunan, terutama yang disediakan oleh  BAAC.  Dalam  hapenyaluran  kredit  perbankan,  intervensi  pemerintah  Thailand relatif kecil, kecuali dalam hal penyaluran kredit pertanian yang tetap diintervensi dengan berbagai kebijakan, walaupun pihak perbankan memiliki komitmen yang tinggi untuk menjalankan kebijakan tersebut.
7.   Sistem  pengembangan  agribisnis  diarahkan    kintegrasi  dengan  agroindustri  hilir, dengan   tujuan   untuk   menciptaka kegunaan   (utility),   terutam kegunaan   waktu (timeutility) dan kegunaan bentuk (form utility) melalui upaya  pengolahan, pengalengan dan  pengemasan.   Dengan  penciptaan   kegunaan   waktu  dan  bentuk,  memungkinkan produk-produk pertanian dan hasil olahannya dapat bertahan lebih lama dan menjangkau pasar lebih jauh.

Keunggulan-keunggulan tersebut secara terpadu menciptakan kekuatan sinergik untuk mencapai integritas sistem komoditas agribisnis yang tinggi. Dengan demikian, tidaklah berlebihan jika pengembangan sisten agribisnis di Thailand patut dicontoh oleh negara-negara lain, termasuk Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Agribisnis Hortikultura Thailand"

Post a Comment